Kamis, 29 Desember 2016

[REVIEW] Remember The Flavor - Fei

Diposting oleh My Booklicious di 14.10

Judul: Remember the Flavor
Penulis: Fei
Penyunting: Prisca Primasari
Desain Cover: Alvinxki
Penerbit: Haru Media
Tahun Terbit: November 2016
Tebal Buku: 244 Halaman
ISBN: 978-602-6383-06-08

BLURB


Dimas dan Melodi adalah dua sahabat yang saling mencintai, walau kata cinta tidak pernah terucap dari bibir masing-masing. Dimas selalu ada untuk Melodi dan menjadi suporter utamanya. Namun ketika Melodi memilih pergi meninggalkan Dimas untuk mengejar impian, akankah Dimas masih tetap ada untuknya ketika ia kembali?

Karena rasa itu tidak pernah mati, ia selalu ada di hati...


***
 
"Life is like ice cream. Enjoy it before it melts.
 
Melodi--seperti namanya--mencintai dunia tarik suara, dan sudah mendeklarasikan mimpinya sejak kecil bahwa ia ingin menjadi penyanyi. Mimpinya itu tentu bukan tanpa alasan. Melodi ingin seperti mamanya, Citra, yang merupakan seorang penyanyi. Ia selalu takjub saat melihat mamanya menyanyi. Menurutnya, mamanya terlihat begitu bersinar dan memancarkan aura bahagia saat menyanyi. Melodi pun ingin merasakan hal yang sama.

Dimas adalah sahabat Melodi sejak mereka masih mengenakan seragam putih-biru. Pemuda yang hidup biasa saja, tanpa ambisi besar, hanya menemani ayahnya mengelola kedai es krim. Dua belas tahun kebersamaannya dengan Melodi, ia sadar bahwa mimpinya sederhana: ingin orang yang disayanginya bahagia dan ia menjadi gambaran dari kebahagiaan itu.

Perjalanan Melodi dalam meraih mimpinya tidaklah mudah. Ia sudah berkali-kali ikut audisi namun selalu gagal. Belum lagi mamanya tidak ingin Melodi menjadi penyanyi. Dimaslah yang selalu mendukungnya; mengantarkannya ikut audisi, menghiburnya saat ia gagal. Dimas yang selalu menyemangati Melodi, sekaligus menjadi orang pertama yang dicari Melodi saat memerlukan bantuan.

Saat akhirnya Citra mengizinkan Melodi mengejar mimpinya, Dimas dengan berat hati harus merelakan kepergian Melodi. Meski awalnya mereka tetap berkomunikasi, namun bertambahnya kesibukan Melodi di ibukota membuat komunikasi mereka terhambat dan hubungan mereka pun berubah. Dalam kekosongan itu, hadirlah sosok Diandra Arnesti, pembeli pertama es pinacolada buatan Dimas. Sosok wanita dewasa yang mampu mengembalikan keceriaan Dimas.
 
Jika tiga tahun kemudian Melodi kembali, siapa yang akan dipilih Dimas? Melodi 'sang pengejar mimpi' atau Arnesti yang rela berkorban untuk menemani Dimas?

***
 
"Asem." Itu kata yang pertama keluar dari mulutku setelah menamatkan buku ini. Bagimana tidak? Bagian awal cerita langsing menyuguhkan kisah muram karena Melodi gagal lagi saat audisi. Belum lagi saat Melodi terpaksa mengambil alih pekerjaan mamanya, hubungan Melodi dan mamanya yang kian renggang, juga pekerjaan Melodi yang bisa dibilang 'rawan'. Masalah mimpi dan tuntutan kebutuhan terasa begitu kental. Tidak hanya Melodi, Dimas pun mengalami hal yang sama. Niatnya membuat inovasi baru untuk kedai es krim ayahnya belum membuahkan hasil. Tiap membuat es krim rasa baru, hasilnya selalu sama. Tidak ada yang membeli. Perjalanan Melodi dan Dimas terasa tidak seperti dalam novel, tetapi malah terasa begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari.
 
 
Karakter tiap tokohnya pun konsisten. Melodi dengan mimpi yang menggebu-gebu dan Dimas yang lebih sederhana. Tokoh-tokoh lain seperti mama Melodi, ayah Dimas, dan Tanu mendapat porsi yang pas dan membaur dalam cerita. Semua tokohnya terasa penting dan tidak muncul sia-sia. Quote-quote tentang es krim yang diselipkan antara beberapa bab juga semakin membuat novel ini membekas di ingatan.
 
Novel ini menggunakan alur maju. Hanya ada beberapa bagian yang menggunakan kilas balik. Pembaca tak akan kebingungan untuk mengetahui bagaimana Melodi dan Dimas bertemu kemudian menjadi dekat. Penulis menyampaikannya dengan cukup rapi. Dengan ending yang cukup mengagetkan, novel ini tentu memberikan kesan yang cukup membuat pembacanya gemas atau bahkan geram.
 
"Apa impian itu harus selalu berupa sesuatu yang terasa jauh dan butuh dikejar? Tidak bisakah impian itu adalah sesuatu yang dekat dan layak dipertahankan?" (hal.173)
 
Tidak semua orang mau dijadikan 'cadangan'. Aku belajar dari novel ini bahwa setiap orang punya hak untuk diutamakan, didahulukan. Tinggal mencari siapa yang bersedia melakukannya.
Kita mungkin memang tidak akan lupa pada rasa es krim yang biasa dimakan, tapi bukan berarti lidah tak bisa menerima rasa yang lain kan? 


 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea