Selasa, 19 September 2017

[REVIEW] Miss Irresistible Stylist - Yuli Pritania

Diposting oleh My Booklicious di 07.28 0 komentar

Judul: Miss Irresistible Stylist
Penulis: Yuli Pritania
Editor: Cicilia Prima
Desain Cover: Jang Shan & Helfi Tristeawan
Penata Isi: Putri Widia Novita
Penerbit: Grasindo
Tahun Terbit: April 2017
ISBN: 978-602-375-914-9

BLURB

IM YOON-HEE. Fashion stylist yang berharap gambar-gambar pakaian di buku sketsanya bisa mewujud nyata. Di ulang tahunnya yang ke-27, dia berdoa agar diberi pria tampan untuk dinikahi. Dia menemukannya, tapi kenapa pria itu harus CEO di kantor tempatnya bekerja? Kenapa harus pria misterius dengan wajah tidak masuk akal itu?

LEE WON. CEO ETHEREAL, salah satu brand pakaian paling terkenal di Korea. Sukses, kaya, tampan, dan memiliki seorang anak perempuan berwajah malaikat. Dia tidak lagi menginginkan apa-apa. Bahkan tidak wanita. Namun, satu senyuman dan suara tawa wanita itu, lalu untuk pertama kalinya dalam lima tahun, dia meragukan keputusannya untuk melajang seumur hidup.

***

Im Yoon Hee, gadis berusia 27 tahun yang bekerja di Ethereal sebagai fashion stylist, memiliki wajah cantik, tapi tertutupi oleh penampilannya yang selalu aneh. Ia biasa berganti gaya atau warna rambut setiap awal minggu. Pernah warna campuran pink-ungu, coklat, dan putih--bukan pirang, melainkan putih seperti uban. Beruntungnya, rambut putih Yoon Hee tidak berlangsung lama karena ia mendapat tugas penting. 

Lee Won, CEO Ethereal, dianggap tidak memiliki selera fashion yang sesuai dengan wajahnya. Pakaiannya hanya seputar kemeja putih. Karena kritik tersebut, ia menerima tawaran pegawainya untuk menyiapkan pakaian yang 'layak' untuknya. Tugas mengantarkan pakaian itu ke rumah Lee Won diberikan pada Yoon Hee.

Hari pertama ke rumah Lee Won, ia disebut Ajumma ubanan oleh Eun Bi, putri sang CEO. Namun, Yoon Hee tidak peduli. Hingga di kunjungan kedua, untuk pertama kalinya, ia melihat Lee Won, tengah tidur di atas ranjang. Lalu, semuanya berubah. Sejak saat itu, Yoon Hee tampil 'normal' hingga membuat orang-orang kantornya terpesona.

Kalau mengubah penampilan adalah usaha Yoon Hee agar Lee Won dapat tertarik padanya, akankah usaha itu berhasil? Apakah Yoon Hee berhasil meruntuhkan keputusan Lee Won untuk tidak menikah lagi?

"Mencoba sudah sulit bagiku. Memercayai seseorang jauh lebih sulit lagi." (Lee Won, hal. 191)

***

"Kau tidak bisa mencintai seseorang jika kau tidak mencintai dirimu sendiri. Omong kosong. Aku tidak mencintai diriku.... Tapi aku mencintaimu. Dan, karena kau mencintaiku, aku sekarang sedang belajar untuk mencintai diriku sendiri." (Lee Won, hal. 214)

Miss Irresistible Stylist merupakan novel ketiga Kak Yuli yang kubaca setelah Calla Sun dan Dublin, sekaligus novel K-Fiction Kak Yuli yang kubaca pertama kali. Aku seorang Korean-addict, tapi baru kali ini mencicipi K-Fiction, dan aku tidak menyesal. Justru aku merasa puas dan berniat untuk mulai membaca novel lain yang sejenis.

Novel MIS ini merupakan bagian dari seri K-Fiction terbaru dari Grasindo, Lovession (Love & Profession). Seri ini menceritakan lima sahabat dengan profesi berbeda dan memiliki kisah percintaan yang berbeda pula. Seperti judulnya, di novel ini Kak Yuli mengambil 'stylist' sebagai profesi tokoh utamanya.

Ceritanya berpusat pada profesi Yoon Hee yang membawanya bertemu sang CEO kemudian jatuh cinta. Namun, sebenarnya ada hal-hal lain yang disisipkan dan berpotensi menjadikan konflik lebih berat yaitu bahwa Yoon Hee merupakan lulusan kedokteran yang memiliki hobby mendesain pakaian dan orang tua Yoon Hee menentang hobby-nya itu.

Hal itu memang hanya disinggung sedikit, karena cerita utamanya tentang bagaimana Yoon Hee menaklukkan Lee Won dan putrinya. Meskipun dengan konflik ringan, tapi novel ini cukup menggemaskan apalagi dengan sosok Yoon Hee yang unik. 

Karakter tokohnya kuat dengan khas masing-masing. Yoon Hee digambarkan sebagai sosok yang ceria, murah senyum dan mudah tertawa, serta unik dan berani tampil nyentrik. Lee Won, CEO profesional, mahal senyum dan irit bicara. Eun Bi, putri Lee Won yang cantik luar biasa, dan sifatnya tidak jauh dari sang ayah. Selain itu, ada juga rekan-rekan kerja Yoon Hee yang sama 'gilanya' dengan Yoon Hee hingga cukup meramaikan suasana.

Alur ceritanya dibuat maju. Bagian-bagian penting dari masa lalu Yoon Hee juga Lee Won diceritakan dalam bentuk dialog. Sudut pandang yang digunakan adalah dari PoV ketiga sehingga porsi Yoon Hee dan Lee Won diberikan dengan seimbang.

Gaya bercerita Kak Yuli di novel ini pun masih seperti sebelumnya, nyaman dibaca dengan narasi-narasi yang menarik dan dialog yang tidak membosankan. Ditambah lagi, kalimat dan aksen pada dialognya disesuaikan dengan kebiasaan orang Korea sehingga membacanya pun seperti sedang menonton drama. Yang paling penting, kosa kata dari Bahasa Korea diberi catatan kaki berisi artinya. Jadi, kalau yang membaca bukan penggemar hal-hal Korea pun ceritanya tetap bisa dipahami.

Dulu, aku sempat ragu membaca K-Fiction, takut feel-nya akan beda dan rasanya jadi aneh. Namun, lewat novel MIS ini, Kak Yuli berhasil membuatku yakin kalau novel K-Fiction tidak seaneh itu untuk dibaca. Sekarang, aku malah sudah mulai membaca K-Fiction lain, baik dari Kak Yuli atau penulis lain.

Kalau kalian seorang K-addict dan suka cerita yang menggemaskan dengan ilustrasi cantik, atau bukan K-addict tapi mau coba baca K-Fiction, novel ini bisa jadi pilihan kalian.


Read More >>>

Jumat, 15 September 2017

[REVIEW] Orange - Windry Ramadhina

Diposting oleh My Booklicious di 16.29 0 komentar

Judul: Orange
Penulis: Windry Ramadhina
Editor: Christian Simamora & Ayuning
Desain Sampul: Agung Nugroho
Ilustrator Isi: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2015 (Edisi Kedua)
ISBN: 978-979-780-819-8

BLURB

'Dikuncinya pintu di belakangnya, lalu dia bersandar lemas pada pintu tersebut. Dia seperti dipaksa menyadari kenyataan. Konyol rasanya, bercinta dengan Diyan di dalam kamar yang penuh kenangan mengenai Rera.

Ah, dirinya kesal setengah mati.'

~~~

Faye ditunangkan. Tanpa dasar cinta dan murni karena alasan bisnis. Calon tunangannya, Diyan, adalah 'eligible bachelor' yang paling diinginkan di Jakarta. Lelaki yang tak bisa melepas kenangan masa lalunya dengan seorang model cantik blasteran Prancis.

Harusnya hubungan mereka hanya sebatas artifisial. Tapi, cinta, ego, dan ambisi yang rumit mendorong mereka ke situasi yang lebih emosional. Situasi yang mengharuskan mereka memilih dan melepaskan.

Pertanyaannya: apa... dan siapa?

"Bagian tersulit saat mencintaimu adalah melihatmu mencintai orang lain"

***

"Jeruk itu seperti hidup, Yan."
"Bittersweet."
-- Faye, hal. 147-148

Dua keluarga pebisnis yang ingin saling menguntungkan. Apa lagi yang akan dilakukan selain menjodohkan putra-putri mereka? Mungkin tidak ada.

Itulah yang dilakukan Keluarga Adnan dengan Keluarga Muid. Mereka sepakat menunangkan putra-putri mereka untuk kelangsungan bisnis keluarga masing-masing. Kali ini, Faye pun tak bisa menolak. Keinginannya untuk kuliah fotografi harus dibayar dengan memenuhi permintaan orang tuanya. Lalu, Diyan. Dia tidak mungkin mempertaruhkan bisnis keluarganya dengan Keluarga Muid.

Harusnya semua berjalan mudah kalau perasaan tidak lahir di dalamnya. Diyan mungkin terbiasa dengan perbincangan basa-basi dan berbagai perlakuan manis yang semuanya artifisial, tapi sayangnya, Faye justru sebaliknya. Faye merasa asing dengan hal-hal seperti itu. Maka, tak ayal lagi, perlakuan manis Diyan--meskipun tak seberapa--mampu memunculkan semburat merah di pipinya.

Faye sadar bahwa ia akan terluka kalau menaruh harapan pada hubungan yang berlandaskan bisnis belaka, tapi Faye tidak main-main. Dia akan berusaha untuk menjalani sebaik-baiknya. Diyan melihat kesungguhan itu. Dia juga merasa bahwa Faye sedang berusaha masuk ke hatinya.

Seharusnya, semua baik-baik saja. Seharusnya, semua berjalan mudah, andai Rera--mantan Diyan--tidak muncul kembali. Apalagi, ada sosok Zaki, adik Diyan yang jelas-jelas menaruh hati pada Faye.

Bagaimana kisah Faye-Diyan-Zaki-Rera ini berlanjut?

"Lucu, terkadang manusia tidak menyadari apa yang sesungguhnya mereka inginkan sebelum benar-benar kehilangan."
-- Faye, hal. 292

***

"Walau kita hanya berpura-pura, walau kau tidak mencintaiku, tidak apa-apa.
It's okay because I have my own love."
-- Faye, hal. 293

Novel Orange yang kubaca ini merupakan edisi kedua, yaitu yang terbit tahun 2015. Covernya berwarna oranye cerah dengan ilustrasi kamera dan jeruk yang menggambarkan hal kesukaan Faye, dan di dalamnya diberikan beberapa sketsa tokoh dan ilustrasi adegan. Pokoknya, fisik novel Orange edisi kedua ini sangat peluk-able.

Kalau untuk ceritanya, aku memang belum baca edisi pertama. Namun, seperti ditulis Kak Windry di prakata berjudul 'kembali', novel ini tidak hanya dicetak ulang, tapi juga mengalami revisi sehingga ceritanya lebih rapi, dan aku sebagai pembaca juga menikmati hasilnya.

Konflik utamanya seperti pada blurb yaitu seputar cinta, ego, dan ambisi. Baik Faye, Diyan, Rera, bahkan Zaki sekalipun, mereka memiliki hobby dan ambisi masing-masing. Novel ini juga mengingatkanku pada karya lain Kak Windry, Last Forever. Heroine-nya sama-sama memiliki ketakutan bahwa sebuah komitmen pernikahan akan membuat mereka tak bisa lagi hidup bersama hal-hal yang mereka sukai.

Pemilihan setting di Jakarta juga pas sebagai kota bisnis yang selalu sibuk dan dengan kehidupan metropolitan yang memerlukan pemikiran terbuka. Plotnya rapi, dari awal pengenalan tokoh, kemunculan konflik, juga klimaks dan penyelesaiannya. Ending-nya, meski terasa cepat, tapi buatku cukup memuaskan. Bahkan aku sempat dag-dig-dug, takut akhirnya mengecewakan. 😂😂

Tokoh-tokohnya juga cukup kuat dengan masing-masing karakter yang khas. Faye dengan jeruk, fotografi, dan penampilannya yang kasual. Diyan dengan penampilan khas eksekutif muda yang dingin dan hanya sering memasang senyum 'bisnis'. Zaki alumni jurusan desain yang memiliki jiwa bebas dan candu pada rokok. Rera, tentu saja selalu anggun dengan tampilan khas model. Selain itu, ada juga sosok Thea--rekan kerja Zaki--dan Reina--sekretaris Diyan--yang menurutku cukup berpengaruh. 

Keseluruhannya, novel ini dibawakan dengan gaya bercerita Kak Windry yang memang nyaman dibaca. Penggambaran setting, adegan, dan emosi tokohnya yang sangat detail sehingga mampu mengaduk perasaan. Pembaca akan menemukan hal-hal idealis sebagai sesuatu yang bisa dijadikan pertimbangan dalam urusan pernikahan, karena meskipun ini novel lama, tapi isu di dalamnya masih jadi perbincangan dan perdebatan hingga sekarang. 

Sstttt...!! Di bagian akhir novel ini juga ada side light "The Girl Behind the Lens" yang menceritakan Faye dari sudut pandang orang lain, yaitu Jo. Siapa itu Jo? Baca aja, pokoknya. 😜😜 Kurang berkesan apalagi coba?

Novel ini mungkin mulai langka, tapi memang layak diperjuangkan untuk masuk koleksi. Bagaimana dengan kalian? Sudah punya juga, kan?




Read More >>>

Kamis, 14 September 2017

[REVIEW + BLOGTOUR] The Sun is Also a Star - Nicola Yoon

Diposting oleh My Booklicious di 05.47 3 komentar

Judul: The Sun is Also a Star
Penulis: Nicola Yoon
Penerjemah: Airien Kusumawardani
Penyunting: Selsa Chintya
Desain Sampul: Irene Ritonga
Layout Sampul: @teguhra
Penerbit: Penerbit Spring
Tahun Terbit: April 2017
ISBN: 978-602-60443-6-5

BLURB

Natasha : Aku seorang gadis yang hanya percaya pada sains dan fakta. Peduli setan dengan takdir, atau cita-cita yang tak akan pernah jadi nyata. Aku jelas-jelas bukan jenis gadis yang bisa jatuh cinta pada seorang pemuda yang kutemui secara acak di jalanan Kota New York. Belum lagi ketika keluargaku akan dideportasi kembali ke Jamaika dalam hitungan dua belas jam. Jatuh cinta, tidak akan pernah menjadi bagian dalam kisahku.

Daniel : Aku selalu menjadi anak yang baik, siswa yang baik, menjalani ekspektasi orangtuaku yang tinggi. Tidak pernah menjadi pemimpi, apalagi penulis puisi. Tapi saat aku melihat gadis itu, aku melupakan semuanya. Sesuatu tentang Natasha membuatku berpikir bahwa takdir memiliki sesuatu yang luar biasa... bagi kami berdua.

***

"Aku tidak suka hal-hal yang sifatnya sementara dan tidak dapat dibuktikan, dan cinta romantis adalah sesuatu yang sifatnya sementara dan tidak dapat dibuktikan." (Natasha, hal. 13)

Natasha, anak pertama dari sebuah keluarga asal Jamaika yang tinggal di New York secara ilegal. Keluarga mereka akan segera dideportasi. Karenanya, sejak pagi, saat adiknya sibuk bersiap untuk pindah, Natasha sudah keluar rumah, pergi ke Kantor Pelayanan Kewarganegaraan dan Keimigrasian Amerika Serikat (KPKKAS). 

Status imigran gelap mereka terungkap saat ayah Natasha mengemudi dalam keadaan mabuk. Beruntungnya, setelah yang percakapan menguras emosi, Natasha diberi alamat kantor Pengacara Fitzgerald yang mungkin bisa membantunya. Hanya itu satu-satunya kesempatan yang dimiliki Natasha.

Daniel, anak kedua dari sebuah keluarga berdarah Korea. Kakaknya Daniel, Charles, selalu jadi yang terbaik, calon dokter dari Harvard. Namun, kejutan menimpa keluarga Daniel ketika kakaknya 'dipulangkan' oleh pihak kampus. Lalu, tekanan berpindah pada bahu Daniel.

Kemudian mereka bertemu. Hari itu, Daniel harus mengikuti wawancara bersama alumnus Universitas Yale. Namun, ia menaiki kereta yang dikemudikan masinis 'aneh'. Ia segera turun di pemberhentian. Saat itulah Daniel melihat seorang gadis tengah berjalan di trotoar sambil memejamkan mata, telinganya mengenakan headphones pink yang mencolok. Sesuatu mendorongnya untuk mengikuti gadis itu--menuju toko piringan hitam, Second Coming Records.

Pertemuan pertama sekaligus perkenalan mereka terjadi di Second Coming Records. Gadis itu adalah Natasha. Saat itu, Natasha sedang menunggu jadwal bertemu Si Pengacara. Setelah berkenalan, kemudian ada aksi penyelamatan, dan perbincangan panjang di sebuah kafe, Daniel semakin tertarik pada Natasha. Bahkan meskipun Daniel tahu bahwa Natasha tidak percaya pada cinta.

Sayangnya, pertemuan Daniel-Natasha sementara harus diakhiri untuk keperluan masing-masing. Namun Daniel mengambil keputusan ekstrem itu: menjadwal ulang wawancaranya agar bisa lebih lama bersama Natasha.

Daniel belum tahu kalau Natasha akan dipulangkan ke negaranya. Bahkan setelah keduanya merasa nyaman satu sama lain, waktu mereka untuk bersama nyaris habis, direnggut sebuah aturan.

Apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya? Apa Natasha berhasil mendapatkan izin untuk tetap tinggal di AS? Lalu, apa Daniel berhasil meyakinkan Natasha tentang cinta dan membuatnya jatuh cinta secara ilmiah?

"Bagaimana mungkin kau bisa memercayai sesuatu yang bisa berakhir dengan begitu mendadak, seperti saat sesuatu itu bermula?" (Natasha, hal. 71)

***


"Bagaimana kalau aku memberitahumu bahwa aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku secara ilmiah?" (Daniel, hal. 94)

Novel The Sun is Also a Star ini memberi kisah roman dengan cara berbeda, bahwa ketertarikan tidak hanya ditimbulkan oleh fisik, tapi juga dari pemahaman dan cara berpikir. Dua remaja cerdas yang jadi tokoh utama membuat cerita ini jadi tidak berlebihan.


Plotnya rapi, penggunaan sudut pandang dan pembagian bab-nya juga unik. Jika judul bab menggunakan nama Natasha, maka bagian itu menggunakan PoV Natasha. Begitu pula dengan Daniel. Namun, ada bagian-bagian tertentu, berisi penjelasan banyak hal (misalnya tentang asal-usul nama keluarga Daniel, tentang istilah 'irie' di Jamaika, atau tentang gaya rambut Amerika-Afrika) yang itu diceritakan dengan PoV ketiga.

Karakter tokoh-tokohnya begitu kuat. Natasha dan Daniel, sama-sama remaja tangguh yang sanggup memikirkan berbagai hal dan urusan jangka panjang, bukan hanya yang sibuk main dan jalan-jalan. Ayah Natasha yang bisa dibilang 'egois', sibuk memikirkan mimpinya. Ibu Natasha yang cukup realistis. Kemudian Keluarga Daniel yang bisa kukatakan 'menyebalkan' dan cukup rasis. 

"Aku mengerti ketakutannya. Siapa diri kita kalau bukan produk dari orangtua kita dan sejarah mereka?" (Natasha, hal. 165)

Dialog Daniel-Natasha ini seringnya membuat greget, lucu, dan manis. Bahkan, narasinya banyak mengandung kalimat filosofis dan mengaduk emosi. Di bagian awal saja aku sudah menitikkan air mata membaca kisah perjuangan Natasha agar tidak dideportasi. Tidak heran kalau untuk menyelesaikan buku ini butuh suasana santai dan waktu yang luang.


"Apa kau tahu bagaimana rasanya tidak diterima di mana pun?" (Natasha, hal. 33)

Ini pertama kalinya aku membaca karya Nicola Yoon, dan aku suka sama gaya kalimatnya. Selain itu, aku juga baru pertama kali membaca novel terbitan Spring. Terjemahannya rapi, pantas kalau selalu jadi rekomendasi, begitu pun dengan novel ini. Kalimat-kalimatnya baku dan sesuai dengan konten novelnya yang memang cukup menguras pikiran. Rasanya akan aneh kalau kalimat-kalimat filosofis dibahasakan dengan bentuk 'alay' dan kekinian. :D Oh, dan jangan lupakan covernya yang aduhai cantik sekali. <3 <3

Pokoknya, novel ini tidak hanya tentang roman, tapi juga tentang ilmuwan dan penyair yang berbagi pemahaman mereka tentang banyak hal lewat banyak kejadian, temtang harapan dan kenyataan, realis dan penuh angan, egois dan empati. All in one.

"Kalian para penyair sangat terobsesi pada bintang ... tapi kenapa tidak ada lebih banyak puisi tentang matahari? Matahari juga sebuah bintang, dan itu bintang kita yang paling penting." (Natasha, hal 203)

Kalau butuh bacaan yang bikin kaki menapak di bumi, novel ini bisa jadi alternatif kalian. 😊😊

~~~~~~~ GIVEAWAY TIME ~~~~~~~


Holaaa!!!

Ada kabar gembira untuk kalian yang penasaran sama novel ini. Kenapa? Karena Penerbit Spring akan memberikan novel ini secara gratis.

Caranya, cukup kunjungi tiap blog host dan kumpulkan setiap kepingan puzzle-nya. Rules lengkap giveaway ada di Fanpage Penerbit Spring setelah jadwal blogtour ini selesai. Jadi, jangan lupa follow fanpage-nya dan pantengin postingannya.

Ini dia kepingan puzzle yang harus kalian kumpulkan dari blog ini:




Semoga beruntung!!!




Read More >>>

Selasa, 12 September 2017

[REVIEW] Dieser Mann - Rincelina Tamba

Diposting oleh My Booklicious di 08.30 0 komentar


Judul: Dieser Mann
Penulis: Rincelina Tamba
Editor: Puput Alvia
Desain Sampul: Sukutangan
Penerbit: Aria Media Mandiri (Shira Media)
Tahun Terbit: 2017
Tebal Buku: 484 halaman
ISBN: 978-602-6657-51-0

BLURB

Diftan Pablo Glambert, seorang mafia tampan dan kaya raya di usia yang baru 30 tahun. Diftan tidak memercayai cinta. Masa lalu yang kelam menjadikannya sosok pria jahat dan dingin kepada semua orang. Hingga suatu ketika, takdir mempertemukan Diftan dengan seorang Arabella, perempuan yang mampu mengubah kehidupannya.

Namun, di saat mereka baru memulai hubungan, Arabella harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya yang lama menghilang ternyata meninggal karena dibunuh oleh pria yang dicintainya; Diftan. Arabella berniat untuk membalaskan dendam ayahnya dengan bantuan Juan Benito, pria yang tidak lain adalah musuh Diftan.

Bagaimana nasib Diftan di tengah banyaknya musuh di depannya? Apakah usaha balas dendam Arabella berhasil? Lalu, bagaimanakah hubungan Diftan dan Arabella akan berujung?

***

"Memaafkan bukan berarti melupakan luka yang sudah ditorehkan! Satu hal yang harus kau tahu. Luka yang paling menyakitkan adalah luka yang tidak berdarah!" (Diftan, hal. 244)

Adegan pembuka diawali dengan pertemuan Diftan dan Arabella secara tidak menyenangkan. Diftan yang sombong dan kasar memarahi Bella hingga ia kehilangan pekerjaannya. Setelah dipecat, Bella mencoba kerjaan baru. Kemudian, saat Bella kerja, berjualan, ada orang yang memborong barang dagangannya. Orang itu adalah Juan Benito.

Awalnya, mereka tidak langsung berkenalan. Bella malah lebih dulu mengenal Diftan. Apalagi suatu ketika, ada suatu kejadian 'panas'--tembak-tembakan antara Diftan dan musuhnya. Setelah kejadian itu, ada berbagai kejadian manis yang membuat Diftan harus memikirkan ulang pemahamannya tentang perempuan.

Seiring berjalannya waktu, Bella akhirnya mengenal Juan. Ternyata, Juan ini adalah musuh Diftan. Urusan mereka gak sekadar tentang bisnis, tapi juga tentang dendam. Adanya dendam itu membuat mereka ingin menghancurkan satu sama lain. Kedekatan Bella dengan Diftan diketahui oleh Juan.

Bella tidak tahu kalau ayahnya meninggal di tangan anak buah Diftan. Justru, orang yang tau kematian ayah Bella adalah Juan. Hal itu akhirnya dimanfaatkan Juan untuk mengajak Bella bersama-sama menghancurkan Diftan. Selain itu, kemunculan tokoh baru juga membuat suasana semakin memanas. Tokoh itu sanggup membuat Diftan merasa tegang.

Siapa dia dan apa hubungannya dengan Diftan? Lalu, kalau Bella telah bersekutu dengan Juan, bagaimana akhir kisahnya dengan Diftan?

"Jika suatu cerita berakhir dengan sedih, maka itu artinya cerita tersebut belum selesai." (hal. 482)

***

Seperti tertera pada labelnya, novel ini merupakan kisah action-romance, menceritakan tentang Diftan, Arabella, dan Juan. Aku merasa terpuaskan sama kisah romance-nya yang terasa dominan, tapi tetap keren dengan adegan tembak-tembakan sama tonjok-tonjokannya. 

Kemudian, awalnya aku mengira akan menemukan cerita berlatar Jerman karena judulnya berbahasa Jerman. Ternyata, ceritanya ber-setting Jakarta. Hanya saja, terdapat beberapa dialog berbahasa Jerman karena keluarga Diftan sendiri memang memiliki darah campuran Jerman. Dialog itu juga diberi arti pada catatan kaki. Jadi, pembaca tidak akan kebingungan memahaminya.

Alur ceritanya campuran. Sejak awal diberikan alur maju, tapi beberapa bagian masa lalu tokohnya diceritakan dalam flashback. Jalan cerita menuju rencana balas dendam Arabella (yang ada di blurb) cukup lambat, dan entah kenapa, aku justru malah merasa klimaksnya saat kemunculan sosok Max. Penyelesaiannya juga terasa cepat, tapi aku puas sama ending-nya. 

Karakter tokohnya sendiri cukup kuat. Diftan khas dengan 'dingin' dan kekejamannya, Arabella yang polos *kecuali setelah bersekongkol dengan Juan, dan Juan adalah tipe menyenangkan di depan tapi cukup berbisa. Aku juga menyukai tokoh Dea, adik Diftan. Karakternya sebagai remaja tangguh itu cocok. Tidak manja dan tidak matre. Dia paham tinggal di lingkungan seperti apa, dan tahu cara menghadapinya.

Dari beberapa hal itu, yang menurutku perlu perbaikan adalah dari tata bahasanya. Aku masih menemukan kalimat yang agak membingungkan, konsistensi penggunaan kata, misalnya 'duit' atau 'uang' dan pronomina 'saya' atau 'aku', juga kesalahan penulisan dialog tag.

Secara keseluruhan, novelnya cukup ringan untuk bisa diajak baca ngebut. Jadi, kalau kalian suka novel action-romance yang tidak terlalu berat, novel Dieser Mann ini bisa jadi salah satu pilihan.




Read More >>>

Sabtu, 02 September 2017

[REVIEW] After Sunset - Indah Hanaco

Diposting oleh My Booklicious di 23.34 0 komentar

Judul: After Sunset
Penulis: Indah Hanaco
Editor: Afrianty P. Pardede
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: 2014
ISBN: 978-602-02-3791-6

BLURB

Awalnya...
Leah Kannitha: Dia adalah si megalomania sinting yang otaknya kena virus mematikan. Makanya dia perlu membenturkan kepala supaya bisa berpikir jernih.
Liam Hammond: Dia gadis ceroboh yang suka ikut campur urusan orang. Dia kira aku gampang terpesona dengan wajah polos dan mata besarnya?

Akhirnya...
Leah Kannitha: Aku takut ada pembuluh darahku yang pecah karena dia memegang tanganku sambil mengucapkan kata-kata cinta.
Liam Hammond: Ah, kondisiku sama sekali tidak menggembirakan. Aku sedang berusaha keras untuk berhenti menyukainya, karena aku lebih suka mencintainya.

Keduanya punya rahasia. Keduanya punya masa lalu yang menyakitkan. Tapi cinta membuat mereka harus mampu melampaui semua rasa sakit dan kegetiran yang mengadang tanpa perasaan.

Apakah mereka mampu menanggalkan masa lalu?
Mungkinkah masa depan untuk mereka memang ada?
Biarkan cinta melewati ujiannya dan memberikan jawaban.

***

"Sampai kapan kamu mau bertingkah mirip seorang ibu?" (Zsa Zsa, hal. 33)

Leah berubah drastis sejak kepergian mama dan kakaknya. Bukannya seperti gadis 20 tahun, Leah malah seperti seorang ibu-ibu. Papanya, meskipun sibuk bekerja, tapi tetap mengetahui perubahan Leah. Karenanya, papa Leah menyiapkan tiket liburan ke Bali. Leah akhirnya mengikuti keinginan papanya. Leah pergi bersama Emma, sahabatnya, dan Zsa Zsa--sepupu yang menurutnya masih bersikap kekanakan.

Liburan tidak mengubah kenyataan bahwa lubang besar setelah ditinggal sang mama dan kakak membuat Leah merasa kosong dan kerap bermimpi buruk. Bahkan meski telah 7 tahun berlalu, Leah masih sering terbangun tengah malam karena mimpinya itu. Mimpi yang tetap mengusik, termasuk saat malam pertama liburannya di Bali.

Malam itu, karena merasa sulit tidur kembali, Leah memutuskan untuk keluar kamar resor. Duduk di bangku, menghadap laut lepas. Kemudian, di sanalah ia melihat laki-laki itu. Laki-laki yang membenturkan kepalanya ke meja dengan keras. Berkali-kali.

Laki-laki itu seperti sangat kesakitan. Maka, Leah menghampirinya, menanyakan keadaannya. Sayangnya, laki-laki itu malah mengusirnya. Leah pun kaget dan jengkel. Esok harinya, di resor itu pula, Leah oleh Zsa Zsa dikenalkan pada Jen dan teman-temannya yang datang dari Inggris. 

Ternyata, laki-laki yang mengusirnya malam itu adalah salah satu teman Jen. Liam namanya. Laki-laki Inggris bermata abu-abu, mantan pembalap, dan sering menampakkan ekspresi datar.

Leah sudah telanjur kesal dan jengkel pada Liam, dan Liam pun selalu menganggap Leah sebagai orang selalu ingin ikut campur urusan orang lain. Mereka akhirnya seperti melakukan perang dingin. Tanpa banyak debat, tapi tatapan mereka mengandung aura permusuhan.

Namun, di suatu kesempatan, mereka malah saling menceritakan kisah sedih di kehidupan masing-masing. 
Bukankah itu salah satu jalan menuju pintu hati? Kemudian, saat waktu berlibur hampir habis, akankah mereka mengambil kesempatan itu? Kesempatan besar dengan risiko yang sama besarnya.

"Orang yang berbuat kurang ajar harus diajari untuk minta maaf." (Emma, hal. 93)

***

Novel ini menceritakan tentang Leah dan Liam. Leah adalah seorang perempuan berusia hampir 20 tahun, memiliki kepribadian seperti seorang ibu. Tidak hanya dalam sikap, tapi juga dari segi penamilan. Jadoel banget, pokoknya. Kemudian, Liam. Dia adalah laki-laki Inggris bermata abu-abu, seorang mantan pembalap yang selalu memasang ekspresi datar. 

Karakter dua tokoh ini cukup kuat dan memiliki alasan yang logis. Zsa Zsa dan Emma juga memiliki peranan penting dengan karakter yang sama kuatnya. Zsa Zsa yang kekanakan mampu membuat kepala Leah berasap dan membuat suasana di novel ini jadi hidup, lebih ramai.

Dengan setting di Bali dan jangka waktu yang cukup singkat, alurnya jadi terasa cepat. Itu juga mungkin yang membuat karakter tokohnya juga berkembang dengan cepat. Sosok Leah jadi lebih banyak bercanda, dan Liam yang dingin menjadi lebih banyak menebar senyum hangat.

Ceritanya dibawakan dengan beberapa kali pergantian sudut pandang. Bagian awal diceritakan bergantian dari Leah dan Liam. Selanjutnya diambil alih oleh penulis. Namun, mendekati bagian akhir, cerita dibawakan lagi dari Leah dan Liam. Memang harus jeli saat membaca. Karena kalau tidak, pembaca akan bingung siapa yang sedang bercerita. 

Sebenarnya ini bukan pertama kali. Di novel Love Me Again, Kak Indah juga menggunakan POV bergantian seperti ini. Jadi, aku tidak terlalu kaget. Keuntungannya adalah, pembaca jadi tau apa yang sebenernya dirasakan dan dipikirkan si tokoh yang bercerita.

Selain bagian awal yang memang terasa sendu dan cukup menjengkelkan, semakin jauh membaca, aku merasa ceritanya semakin menggemaskan. Jadi, kalau butuh bacaan romance yang cukup ringan, After Sunset ini bisa jadi alternatif kalian.




Read More >>>
 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea