Selasa, 23 Oktober 2018

[BLOG TOUR] Kepo Penulis: Chocola (Author of The Perfect Catch)

Diposting oleh My Booklicious di 18.54 0 komentar

Hola, gaiss...
My B datang lagi untuk membuka rangkaian blog tour The Perfect Catch persembahan Roro Raya Sejahtera.

Sekadar info, novel The Perfect Catch karya Kak Chocola ini merupakan juara 1 lomba #ROROTEEN 2017. Pastinya penasaran dong kisah di balik penulisan The Perfect Catch ini sampai bisa menyabet gelar juara...

Tenang, kalian bisa menyimak hasil kekepoanku berikut ini.

***

Q: Novel ini kan diikutkan dalam lomba ROROTEEN, bahkan menyabet gelar juara. Nah, apa naskahnya memang dibuat untuk mengikuti lomba ini?

A: Naskah ini sebenernya sudah lama mengendap di laptopku, hampir setahun. Terus saat tahu ada kompetisi novel remaja ROROTEEN aku baca ulang lagi. Karena nggak merasa naskah yang setengah jadi itu cocok untuk diikutkan lomba karena konfliknya yang masih kurang jadi aku berinisiatif buat rombak total hampir 80%. Aku cuma ambil karakter dan tema basketnya aja, selebihnya udah berubah semua.

Q: Setahuku, ada beberapa penulis yang bisa membuat naskah utuh dalam 2-3 bulan. Kakak sendiri butuh waktu berapa lama untuk menyelesaikan naskah The Perfect Catch ini? Karena untuk ikut lomba pun, ada deadline-nya.

A: Aku butuh sekitar dua bulan buat bikin outline baru sampai self editing. Sebenarnya di awal lomba ini mulai dipublikasikan aku udah buat naskah lain untuk diikutkan lomba, tapi karena lagi-lagi aku merasa konfliknya masih kurang danfeel-nya kurang banget jadi aku memutuskan banting stir ngerjain naskah ini. Mungkin kalau Roro nggak nambah satu bulan perpanjangan deadline, mungkin novel ini nggak bakal terpajang di sini. XD

Tuh, gaiss.. Kalau jodoh mah enggak akan kemana, ya. :D

Next, pertanyaan selanjutnya.

Q: Sejak membaca first chapter-nya, aku merasakan kesan tentang persahabatan dan keluarga yang cukup kuat. Riset apa saja yang Kakak lakukan untuk melahirkan konflik dan solusi tentang 2 hal itu?

A: Sebenarnya riset novel ini lebih banyak ke tema basket dan medisnya ke timbang ke persahabatan dan keluarganya. Tapi mungkin selama menulis ini yang membuat dua hal tersebut jadi kental karena aku juga banyak baca novel teenlit dan film remaja yang lagi banyak di sukai. Selain itu, pengalamanku jadi ghost writer buku non fiksi remaja mungkin juga punya pengaruh menambah kekentalan dua aspek itu, karena ya memang bagi remaja keluarga dan sahabat itu harta karun paling perting dalam kehidupan mereka.

Q: Adakah kendala berarti dalam proses penulisannya? Atau kalau kakak sempat mengalami writer's block, mungkin bisa share tips atau sumber inspirasi untuk mengatasinya.

A: Seperti yang tadi aku curhatkan di pertanyaan nomor dua, tadinya aku punya naskah lain yang mau aku ikutkan dalam kompetisi ini. Tapi nggak aku lanjutkan karena writer’s block, tapi saat mengalami itu harusnya kita juga tahu apa penyebabnya dan gimana cara mengatasinya. Karena aku merasa naskah itu masih kurang dalam segi konflik dan feel-nya untuk diikutkan dalam kompetisi akhirnya aku berinisiatif untuk menuliskan naskah baru kali ini yang lebih matang konfliknya supaya aku bebas dari writer’s block.
Tips, utamanya itu kenali penyebab writer’s block. Buat outline yang matang dari bab satu sampai terakhir. Outline itu udah seperti petunjuk arah banget saat nulis, tiap kali hilang arah, begitu liat outline kita bakal kembali lagi ke jalan yang benar. Lalu menulislah dengan nyaman, kalau aku menulis yang nyaman itu sambil dengerin musik-musik yang mendukung cerita, misal lagi ada scene sedih nih, aku pasang lagu yang sendu-sendu. Dan biasanya aku nulis di malam hari saat semua orang lagi tidur, jadi nggak bakal ada yang ganggu. Hehe... Nggak enak bangetkan kalau inspirasi lagi bagus-bagusnya tau-tau diganggu orang lain.

Q: Terakhir, gimana kesan setelah tahu novel ini jadi juara dan mungkin ada pesan untuk pembaca?

A: Rasanya luar biasa membahagiakan dan masih bikin aku nggak percaya sih sampai sekarang, karena aku dulu cuma remaja biasa yang hobi baca novel, sekarang udah bisa nulis novelnya sendiri dan bahkan jadi juara satu lomba nulis novel remaja. Bikin bersyukur banget sih karena usahaku selama ini akhirnya berbuat manis. Dan kompetisi ini jadi semacam pintu yang membuka kesempatan-kesempatan selanjutnya buatku. Makasih Roroteen.
Buat pembaca, pesanku, kalian jangan lelah memperjuangkan mimpi kalian. Meski akhirnya mungkin mimpi kalian terbentur dengan realita, setidaknya kalian tidak bakal dihantui penyesalan dikemudian hari karena tidak pernah berusaha melangkah. Satu lagi, mari sama-sama kita perangi pembajakan buku. Jangan membeli buku yang tidak asli ya.

Profil Penulis

Chocola merupakan nama pena dari Citra Ayuning Tyas. Gadis kelahiran Tasikmalaya 13 April ini merupakan alumni pendidikan kimia Universitas Negeri Semarang. Penyuka makanan, hujan, astronomi, K-POP dan J-movie ini bercita-cita menjadi pengusaha kuliner dan penulis sukses. Moto favoritnya, “tidak ada hasil yang menghianati usaha”. Kecintaannya terhadap Semarang membuatnya ingin kota Venice van Java mendominasi latar karya-karyanya. Novel ini merupakan karya solo ke-3 yang diterbitkan, sebelumnya novel ‘In Paris Where I Meet You’ pernah diterbitkan tahun 2014 dan e-book novela ‘Miss Beauty & Mr. Brain’ diterbitkan tahun 2017.

Penulis dapat disapa melalui:
Instagram: @citra_chocola
Twitter: @Chocola134
Facebook: Chocola
Email: glacier4tdesert@gmail.com

NB: Iput terhura, lho. Ternyata kami punya kesamaan. Sama-sama asli Tasikmalaya, dan sama-sama lulusan Pend. Kimia.  Enggak ada yang nanya, ya. Enggak apa-apa deh. Yang penting doanya, semoga Iput juga bisa seketje Kak Citra, ya. :D

***

Nah, itu dia sekilas kisah di balik lahirnya The Perfect Catch. Kerja keras Kak Citra dalam merombak naskah, melakukan riset tentang basket dan medis, mengatasi writer's block dengan rajin buka dan baca ulang outline, hingga menyempatkan diri untuk swasunting atau self editing akhirnya membuahkan hasil hingga karyanya bisa jadi juara.

Makin penasaran dengan seberapa ketje novel The Perfect Catch ini? Nantikan review-nya di blog MyB, ya.

See you soon... <3 < 3



Read More >>>

Kamis, 11 Oktober 2018

[REVIEW] The Visual Art of Love - Ary Nilandari

Diposting oleh My Booklicious di 15.18 0 komentar

Judul: The Visual Art of Love
Penulis: Ary Nilandari
Penyunting: Zahra Hanifa
Desainer Sampul: Bella Ansori Putri
Penerbit: Pastel Books
Tahun Terbit: Cetakan I, Agustus 2018
ISBN: 978-602-6716-37-8

BLURB

Mungkinkah rasa sayang bercampur benci bisa mengabadikan seseorang di kepalamu?
*
Gemina, mahasiswi Desain Komunikasi Visual, suka “mojok” di toko buku untuk membaca serial populer. Di sinilah ia bertemu IgGy (benar, G kedua kapital), penulis Trilogi Runako, yang protes karena bukunya tidak laku.

Dunia Gemina jungkir balik begitu ia menerima tawaran IgGy untuk me-review dan mengilustrasi novelnya. Trilogi Runako menjerat Gemina dalam kehidupan pribadi sang penulis. IgGy ternyata identik dengan labirin menyesatkan terkait latar belakang keluarga, tunangan, dan rahasia yang ia tulis di notebook-nya.

Menelusuri labirin itu, Gemina mendapati sesuatu yang terperangkap di kepala IgGy. Sesuatu yang menjadikan IgGy sosok egois penuh kebencian. Sesuatu yang telah mewujud dalam novel Trilogi Runako.

***

Gemina atau biasa dipanggil Gemi adalah mahasiswi jurusan DKV ini yang punya bakat tinggi dan pekerja keras. Ignazio Garin Yudistra, pemuda berusia 25 tahun yang super-bossy. Namun IgGy juga bisa ramah kalau tombol ON-nya dinyalakan.

Kisah mereka bermula saat Gemi tengah membaca serial Algis. Ketertarikan gadis seusianya pada serial anak-anak menarik perhatian IgGy. Ditambah dengan opini Gemi tentang serial Algis yang dilontarkan secara spontan, membuat IgGy meminta Gemi untuk me-review bukunya, Trilogi Runako.

Dengan komisi yang sesuai, Gemi bersedia membuat ulasan Trilogi Runako. Namun, siapa sangka kisah ini begitu menjerat. Gemi mulai melahirkan karya seputar Runako. Fan-art buatannya yang biasa seputar Algis kini berganti menjadi serba Runako. IgGy yang sudah mengetahui kemampuan Gemi pun tertarik melakukan kerja sama baru: membuat komik dari cerita Runako.

"Tapi alam semesta selalu punya trik ajaib, memberi titik-titik yang bisa disambungkan--" (hal. 57)

Berawal dari ulasan, tugas kuliah yang cocok untuk bahan promosi Runako, dan rencana pembuatan komik. Selanjutnya, interaksi IgGy dan Gemi tidak hanya tentang mengenalkan Runako. Ada banyak hal, banyak jalan yang membuat keduanya saling beririsan.

Belum lagi, lingkup tokohnya makin meluas; pada keluarga IgGy, tunangannya, serta tokoh yang abu-abu: antara ada dan tiada. Kisah Gemi-IgGy pun makin rumit, menguras emosi.

Saat pengorbanan dibutuhkan, apakah Gemi akan mendapat balasan sepadan?

***

Pertama, aku suka ide ceritanya. Perjalanan kisah gimana seni jadi penengah sekaligus solusi untuk konflik antartokohnya ngena banget.

Sejak bagian awal cerita, aku juga langsung tertarik dengan gimana Bunda Ary menjelaskan seputar perbukuan. Desain sampul, penulisan blurb, sistem penataan di rak, review pembaca, dan hal-hal sejenis yang berpengaruh pada tingkat ketertarikan pembaca pada buku. Semuanya dibahas singkat, padat, tapi begitu nyata.

"Desain grafis sejatinya adalah perjalanan pesan dari mata ke otak, menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu." (Juno, hal. 34)

Karakter tokohnya konsisten dengan alur cerita. Gemi yang selalu berusaha untuk tenang, logis dan bijak, serta bertanggung jawab. IgGy yang tadinya flat jadi lebih manis dan ekspresif. Serta Radmila, penulis yang penuh tuntutan dan enggak mau dibantah.

Meskipun masih ada tokoh-tokoh lain, tapi favoritku itu interaksi antara Gemi dan Radmila. Keduanya punya kekuatan untuk mengangkat kepala dan harga diri masing-masing, bahkan saat tertekan sekali pun. Seru dan bikin greget.

Plot dan setting-nya juga rapi. Enggak bolong-bolong. Ritme ceritanya stabil, enggak mandek dan enggak terburu-buru juga. Tiap bagiannya punya peran, jadi enggak sia-sia. Gambaran adegannya juga detail. Kegiatan kuliah Gemi, kesibukannya dengan proyek ilustrasi, bahkan sampai properti desain Gemi dituliskan dengan rinci.

Ceritanya juga disampaikan dengan runut, kalimatnya lugas dan to the point, minim basa-basi. Bacanya jadi nyaman. Aku juga enggak keberatan dengan berbagai istilah dalam dunia desain yang bertebaran, atau istilah kepenulisan dan berbagai majas yang sering muncul dalam dialog IgGy dan Radmila. Pokoknya, hal-hal seputar desain dan kepenulisan di novel ini bisa melekat ke cerita. Buatku, itu malah meninggalkan kesan edukasi yang kuat.

Yang paling spesial, catatan 'random' di tiap akhir bab bikin aku jatuh lebih dalam, dua kali lipat. Kenapa? Silakan baca sendiri dan rasakan sensasi tenggelam dalam 2 cerita dari 1 novel sekaligus. Recommended, deh.


Read More >>>
 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea