Kamis, 11 Oktober 2018

[REVIEW] The Visual Art of Love - Ary Nilandari

Diposting oleh My Booklicious di 15.18

Judul: The Visual Art of Love
Penulis: Ary Nilandari
Penyunting: Zahra Hanifa
Desainer Sampul: Bella Ansori Putri
Penerbit: Pastel Books
Tahun Terbit: Cetakan I, Agustus 2018
ISBN: 978-602-6716-37-8

BLURB

Mungkinkah rasa sayang bercampur benci bisa mengabadikan seseorang di kepalamu?
*
Gemina, mahasiswi Desain Komunikasi Visual, suka “mojok” di toko buku untuk membaca serial populer. Di sinilah ia bertemu IgGy (benar, G kedua kapital), penulis Trilogi Runako, yang protes karena bukunya tidak laku.

Dunia Gemina jungkir balik begitu ia menerima tawaran IgGy untuk me-review dan mengilustrasi novelnya. Trilogi Runako menjerat Gemina dalam kehidupan pribadi sang penulis. IgGy ternyata identik dengan labirin menyesatkan terkait latar belakang keluarga, tunangan, dan rahasia yang ia tulis di notebook-nya.

Menelusuri labirin itu, Gemina mendapati sesuatu yang terperangkap di kepala IgGy. Sesuatu yang menjadikan IgGy sosok egois penuh kebencian. Sesuatu yang telah mewujud dalam novel Trilogi Runako.

***

Gemina atau biasa dipanggil Gemi adalah mahasiswi jurusan DKV ini yang punya bakat tinggi dan pekerja keras. Ignazio Garin Yudistra, pemuda berusia 25 tahun yang super-bossy. Namun IgGy juga bisa ramah kalau tombol ON-nya dinyalakan.

Kisah mereka bermula saat Gemi tengah membaca serial Algis. Ketertarikan gadis seusianya pada serial anak-anak menarik perhatian IgGy. Ditambah dengan opini Gemi tentang serial Algis yang dilontarkan secara spontan, membuat IgGy meminta Gemi untuk me-review bukunya, Trilogi Runako.

Dengan komisi yang sesuai, Gemi bersedia membuat ulasan Trilogi Runako. Namun, siapa sangka kisah ini begitu menjerat. Gemi mulai melahirkan karya seputar Runako. Fan-art buatannya yang biasa seputar Algis kini berganti menjadi serba Runako. IgGy yang sudah mengetahui kemampuan Gemi pun tertarik melakukan kerja sama baru: membuat komik dari cerita Runako.

"Tapi alam semesta selalu punya trik ajaib, memberi titik-titik yang bisa disambungkan--" (hal. 57)

Berawal dari ulasan, tugas kuliah yang cocok untuk bahan promosi Runako, dan rencana pembuatan komik. Selanjutnya, interaksi IgGy dan Gemi tidak hanya tentang mengenalkan Runako. Ada banyak hal, banyak jalan yang membuat keduanya saling beririsan.

Belum lagi, lingkup tokohnya makin meluas; pada keluarga IgGy, tunangannya, serta tokoh yang abu-abu: antara ada dan tiada. Kisah Gemi-IgGy pun makin rumit, menguras emosi.

Saat pengorbanan dibutuhkan, apakah Gemi akan mendapat balasan sepadan?

***

Pertama, aku suka ide ceritanya. Perjalanan kisah gimana seni jadi penengah sekaligus solusi untuk konflik antartokohnya ngena banget.

Sejak bagian awal cerita, aku juga langsung tertarik dengan gimana Bunda Ary menjelaskan seputar perbukuan. Desain sampul, penulisan blurb, sistem penataan di rak, review pembaca, dan hal-hal sejenis yang berpengaruh pada tingkat ketertarikan pembaca pada buku. Semuanya dibahas singkat, padat, tapi begitu nyata.

"Desain grafis sejatinya adalah perjalanan pesan dari mata ke otak, menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu." (Juno, hal. 34)

Karakter tokohnya konsisten dengan alur cerita. Gemi yang selalu berusaha untuk tenang, logis dan bijak, serta bertanggung jawab. IgGy yang tadinya flat jadi lebih manis dan ekspresif. Serta Radmila, penulis yang penuh tuntutan dan enggak mau dibantah.

Meskipun masih ada tokoh-tokoh lain, tapi favoritku itu interaksi antara Gemi dan Radmila. Keduanya punya kekuatan untuk mengangkat kepala dan harga diri masing-masing, bahkan saat tertekan sekali pun. Seru dan bikin greget.

Plot dan setting-nya juga rapi. Enggak bolong-bolong. Ritme ceritanya stabil, enggak mandek dan enggak terburu-buru juga. Tiap bagiannya punya peran, jadi enggak sia-sia. Gambaran adegannya juga detail. Kegiatan kuliah Gemi, kesibukannya dengan proyek ilustrasi, bahkan sampai properti desain Gemi dituliskan dengan rinci.

Ceritanya juga disampaikan dengan runut, kalimatnya lugas dan to the point, minim basa-basi. Bacanya jadi nyaman. Aku juga enggak keberatan dengan berbagai istilah dalam dunia desain yang bertebaran, atau istilah kepenulisan dan berbagai majas yang sering muncul dalam dialog IgGy dan Radmila. Pokoknya, hal-hal seputar desain dan kepenulisan di novel ini bisa melekat ke cerita. Buatku, itu malah meninggalkan kesan edukasi yang kuat.

Yang paling spesial, catatan 'random' di tiap akhir bab bikin aku jatuh lebih dalam, dua kali lipat. Kenapa? Silakan baca sendiri dan rasakan sensasi tenggelam dalam 2 cerita dari 1 novel sekaligus. Recommended, deh.


 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea