Rabu, 26 Oktober 2016

[REVIEW] Sunset Bersama Rosie - Tere Liye

Diposting oleh My Booklicious di 19.29

Judul Buku: Sunset Bersama Rosie
Penulis: Tere Liye
Editor: Andriyati
Desain sampul: Mano wolfie
Layout: Alfian
Penerbit: Mahaka Publishing
Tahun Terbit: 2011
Tebal buku: 426 halaman
ISBN: 978-602-98883-6-2

BLURB

Sebenarnya, apakah itu perasaan? Keinginan? Rasa memiliki?
Rasa sakit, gelisah, sesak, tidak bisa tidur, kerinduan, kebencian?
Bukankah dengan berlalunya waktu semuanya seperti gelas kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa.
Malah lucu serta gemas saat dikenang.
Sebenarnya, apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan?
Atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena kita lakukan hanya untuk sesuatu yang amat spesial di waktu yang juga spesial?
Atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali.
Sebenarnya, apakah itu arti 'kesempatan'? Apakah itu makna 'keputusan'?
Bagaimana mungkin kita terkadang menyesal karena sebuah 'keputusan' atas sepucuk 'kesempatan'?
Sebenarnya, siapakah yang selalu pantas kita sayangi?




Dariku...

"Bagiku waktu selalu pagi. Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah." (Hal. 1)

Novel ini diawali dengan perbincangan melalui tele-conference antara Tegar-yang berada di Jakarta-dengan sebuah keluarga di Jimbaran, Bali. Keluarga Rosie. Rosie dan Nathan-suaminya, serta keempat anaknya tengah berlibur untuk merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-13. Perayaan yang harusnya menyenangkan untuk keluarga kecil Rosie dan Nathan. Namun, sayang, bom di Jimbaran merenggut semuanya.

Setelah mendengar berita tentang bom yang meledak tersebut, Tegar bergegas menyusul ke Jimbaran, mengesampingkan kenyataan bahwa besoknya ia akan bertunangan dengan Sekar. Tegar pergi bahkan tanpa memberi tahu Sekar lebih dulu. Membiarkan Sekar menunggu dan menjadwal-ulang pertunangan mereka.

Bukan sehari-dua hari. Keadaan memdorong Tegar untuk menemani keluarga Rosie lebih lama. Nathan meninggal akibat kejadian itu. Rosie yang benar-benar terpukul tak mungkin mengurus keempat anaknya sendirian.

Dan cerita terus berlanjut. Membawa berbagai kisah tentang kesempatan, keputusan, dan pengorbanan.
 
"Terlalu lama maka semakin terasa hambar kenangannya, hilang rasa spesialnya." (Hal. 400)

Sunset Bersama Rosie menjadi buku ke-4 dari Tere Liye yang berhasil kubaca setelah Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Hafalan Shalat Delisa, dan Bidadari Bidadari Surga. Dan sebagai seorang perasa, novel ini sangat menyentuh untukku.
 
"Jauh lebih menyenangkan mengenang sesuatu yang hanya selintas terjadinya." (Hal. 401)
 
Diceritakan menggunakan sudut pandang pertama Tegar, novel ini membawaku sebagai pembaca hanyut di dalamnya, seakan aku ada di posisi Tegar itu sendiri. Tegar yang mencintai Rosie sejak lama namun tak kunjung mengatakannya karena terlanjur bersahabat. Tegar yang ingin mengatakan perasaannya saat matahari di Puncak Rinjani, namun Nathan lebih dulu melakukan hal yang sama, saat matahari tenggelam. Rasa sedihnya cukup mengena. Belum lagi kisah Sekar yang menunggu Tegar, juga pengorbanannya untuk Rosie.

"Sungguh menyenangkan merasakan itu semua. Berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan. Berdamai bukan melupakan." (Hal. 167)
 
Tempat-tempat yang disebutkan digambarkan dengan detail sehingga memberi kesan seperti sedang menonton televisi. Lalu, tentang karakternya. Aku bingung menjelaskannya. Semuanya baik. Tegar yang tetap dekat dengan Rosie dan keluarganya bahkan setelah mengalami sakit hati. Anak-anak Rosie dan Nathan yang menyayangi Tegar seperti ayah mereka sendiri. Juga Sekar, yang sampai rela mengorbankan perasaannya. Hingga bahkan akhir kisah yang manis, tetap terasa kurang karena merasa sedih terhadap takdir Sekar. Namun mungkin itu salah satu maksud penulis, bahwa novel ini dibuat bukan untuk menentukan atau bahkan menghakimi tokoh protagonis dan antagonis. Tidak peduli yang baik atau jahat, semua memiliki jalan masing-masing.
 
"...dua puluh tahun dari sekarang, kau akan lebih menyesal atas apa-apa yang tidak pernah kau kerjakan dibandingkan atas apa-apa yang kau kerjakan." (Hal. 171)
 
Novel ini, seperti novel-novel Tere Liye lainnya, menjadi seperti cuplikan contoh yang diberikan guru pada muridnya. Bercerita, dengan memunculkan pertanyaan yang akan kita temukan sendiri jawabannya. Benar rasanya jika novel ini bertujuan untuk menunjukkan hal-hal yang membuat pembacanya memiliki pemahaman-pemahaman baru.
 
"Kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu jika kita terlalu menginginkannya. Kita tidak akan pernah mengerti hakikat memiliki, jika kita terlalu ingin memilikinya." (Hal. 403)
  
 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea