Judul Buku: Love, Letter and Leuser
Penulis:
Nonier
Cover:
Marcel A. W.
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit:
2015
Tebal Buku: 264
halaman
ISBN:
978-602-03-2057-1
BLURB
Gara-gara Laras berdiri di ujung rooftop saat membaca surat
mendiang ayahnya, Radit yang kebetulan sedang mengecek persiapan lokasi syuting
di sana mengira Laras hendak bunuh diri. Terdorong naluri untuk melindungi
Laras, Radit spontan merangkul gadis itu. Rangkulan tulus yang diam-diam
menimbulkan debar hangat di hati Laras.
Tak disangka, mereka bertemu kembali di Taman Nasional
Gunung Leuser. Laras bergabung dalam tim peneliti dari kampusnya, sedangkan
Radit memimpin tim produksi film dokumenter.
Kehidupan di stasiun riset yang menantang semakin menguatkan
perasaan Laras pada Radit. Sayangnya, Laras harus memendam cintanya
dalam-dalam, sebab ia tahu Radit telah memiliki kekasih. Laras pun mulai membuka hatinya untuk menerima perhatian
Zay, peneliti yang bekerja sama dengan tim mereka. Zay bahkan serius melamar
Laras di Leuser.
Ketika akhirnya Laras meninggalkan Leuser, pertanyaan besar
tetap membayanginya. Jika memang cinta harus diperjuangkan, haruskah Laras memperjuangkan
cintanya pada Radit atau berjuang menumbuhkan perasaannya pada Zay?
Dariku...
Awal mula aku tertarik membaca buku ini adalah karena
judulnya mengandung nama tempat yang aku sendiri belum tahu, dan tentunya dengan desain
cover yang cukup mendukung. Setelah membaca blurb di bagian belakang cover-nya, aku semakin tertarik
untuk membaca; penasaran akhir ceritanya seperti apa.
Laras diceritakan sebagai mahasiswi Departemen Biologi UI. Diceritakan
pula bahwa Laras dulunya hidup berkecukupan dengan papa, mama, serta adiknya
sebelum akhirnya perusahaan papanya menjadi korban penipuan dan papanya
memutuskan untuk bunuh diri. Kepergian papanya memaksa Laras untuk menjadi
perempuan yang kuat dan mandiri. Ia harus menjadi tulang punggung bagi dirinya
sendiri, mama, serta adiknya.
Masalah asmara Laras juga tak mulus. Kekasihnya, Ardan,
meninggalkannya setelah papanya meninggal dan keluarga mereka terlilit hutang. Denny,
teman kampusnya, sebenarnya menyukai laras. Hanya saja, Laras tak menganggapnya
lebih dari sekadar sahabat.
“Jangan terlalu baik sama aku.”“Aku nggak terlalu baik, hanya terlalu sayang sama kamu.”“Jangan menyayangiku.”“Telanjur”(Hal. 16)
Radit bekerja sebagai tim produksi film dokumenter. Ia memiliki kekasih bernama Linda. Namun, Linda harus studi master di Belanda selama dua tahun, sehingga mereka menjalin hubungan jarak jauh. Kehidupan keluarganya juga bukan tanpa cela. Ayah Radit pergi meninggalkan Radit dan ibunya untuk menikah dengan perempuan lain. Setelah kepergian ayahnya, Radit dan ibunya tinggal bersama kakeknya dari pihak ibu. Kejadian itu pula yang membuat Radit tidak ingin berhubungan lagi dengan ayahnya.
Pertemuan kedua tokoh ini dibuat
membekas. Radit yang merangkul Laras di rooftop, karena menyangka gadis itu
akan membunuh diri, meninggalkan kesan tersendiri bagi keduanya. Saat
mengetahui masalah yang dihadapi Laras, rasa kemanusiaan Radit membuatnya kerap
membantu Laras. Itu pula yang membuat perasaan Laras semakin kuat pada Radit.
"Jangan terlalu baik padaku, nanti aku bisa menyukaimu." (Hal. 155)
Petualangan di Leuser semakin seru dengan kemunculan tokoh baru, yaitu Zay. Sosok Zay yang ramah dan terang-terangan mendekati laras membuat kisah cinta segitiga ini semakin seru. Banyak diceritakan saat-saat dimana Zay menjahili Laras hanya karena gadis itu terlalu serius dan kurang bercanda, namun semuanya berujung pada kemarahan Laras. Dan jika sudah seperti itu, Raditlah yang akan bertugas untuk membujuk Laras agar tak marah lagi.
Karakter masing-masing tokoh utamanya terasa seimbang. Ada Laras yang pendiam, terkesan kaku, juga keras kepala. Radit yang ramah, dan mampu menjadi penengah yang baik. Juga Zay yang senang bercanda, namun sedikit pemaksa. Ketiganya kerap dimunculkan dalam satu adegan hingga sifat masing-masing terasa saling melengkapi. Karakter Linda, kekasih Radit, yang kukira akan banyak dimunculkan, ternyata tidak. Kemunculannya yang terasa penting hanya beberapa kali di awal, sebagai pengenalan, juga di bagian akhir, saat mendekati ending.
Kehadiran tokoh Denny dan Dini menjadi
bagian dari bumbu pada kisah cinta segitiga ini. Dua sosok ini seperti Tom and
Jerry. Pertengkaran-pertengkaran di antara mereka seakan mencairkan suasana
tegang yang ada. Belum lagi sifat Dini yang ceplas-ceplos, kadang itu membuat
Laras kegerahan. Namun karena proyek di Leuser ini melibatkan beberapa pihak, akan banyak sekali nama tokoh lain yang disebutkan selain Denny dan Dini. Aku bahkan tak sanggup menghapalnya.
Novel Love, Letter and Leuser ini
adalah novel ke dua Nonier yang kubaca setelah “Smash!”. Keduanya memang memiliki
genre yang berbeda. "Smash!" adalah Teenlit, dengan khas emosi remaja, sedangkan
"Love, Letter and Leuser" masuk kategori Amore yang konflik dan kisah asmaranya lebih
dewasa.
Novel ini ditulis dengan alur maju dengan narasi yang cukup menggambarkan situasi yang dialami tokoh-tokohnya. Bahasa yang dipilih cukup ringan, diseimbangkan dengan konflik yang ada, sehingga pembaca dapat fokus di plot dan konflik tanpa kesulitan memahami kalimatnya. Poin tambahan lainnya yaitu pemilihan Leuser sebagai latar cukup membuat pembaca penasaran.
"All is fair in love and war.Love will find its way." (Hal. 255)