Kamis, 22 Desember 2016

[REVIEW] Lara Miya - Erlin Natawiria

Diposting oleh My Booklicious di 06.46


Judul: Lara Miya
Penulis: Erlin Natawiria
Penyunting: Jia Effendie
Penerbit: Falcon Publishing
Tahun Terbit: 2016
Tebal Buku: 234 halaman
ISBN: 978-602-60514-3-1

BLURB

Lara (n) sedih; susah hati

Di pojok selatan Jakarta, kau akan menemukannya. Tempat itu tak sepanas bagian Jakarta lainnya. Langit di sana sering serubah seolah mengikuti suasana hati penghuninya. Kau akan bisa menemukannya dengan mudah. Ada banyak rumah di sana. Orang menyebut tempat itu Blue Valley.

Di Blok Tiga, ada sebuah rumah bernuansa warna tanah. Pemiliknya seorang perempuan paruh baya yang mengoleksi benda-benda antik. Kalau kau ingin menemuinya, sebaiknya datanglah pukul empat. Dia selalu pulang untuk minum teh. Seorang gadis berambut biru-ungu juga tinggal di sana. Miya namanya. Dan mungkin kau sudah menebaknya, mereka tidak akur.

Miya tidak pernah mengira akan tinggal di rumah tantenya yang seperti kamp militer. Beberapa hari sebelumnya, Miya masih punya tempat pulang. Namun, hidupnya luluh lantak seketika. Dan kini, dia harus memunguti kembali puing-puing dirinya untuk kembali utuh.

*** 

"Tidak ada yang bisa kita lakukan selain menerima kepergian orang yang kita sayangi. Sesal yang kamu rasakan mungkin ada karena kamu belum memaafkan dirimu sendiri." (Hal. 123)
 
Miya, seorang social media officer yang tengah melaksanakan tugasnya di Bali, terpaksa pulang setelah mendengar berita buruk yang menimpa keluarganya. Namun rupanya, selain harus menerima nasib malang itu, Miya juga harus menerima kenyataan lain bahwa ia sudah tak memiliki tempat tinggal. Miya terpaksa harus tinggal di rumah tantenya, Amaya. Rumah yang dipenuhi barang-barang antik dengan aturan seketat kamp militer. 
Amaya adalah tante Miya, kakak dari ibunya. Wanita paruh baya itu memutuskan untuk menampung Miya di rumahnya, di Blue Valley, setelah musibah yang menimpa keponakannya tersebut. Mengizinkan Miya tinggal di rumahnya merupakan tantangan tersendiri bagi Amaya. Ia yang terbiasa hidup disiplin dan teratur harus bisa menghadapi karakter Miya yang serampangan dan keras kepala. Meski kehidupan mereka di rumah itu kerap dipenuhi pertengkaran, namun keduanya memiliki kesamaan dalam satu hal: mereka sama-sama merasa kehilangan.

Hidup Miya terasa semakin berat. Selain akibat aturan-aturan yang diterapkan tantenya, juga karena mimpi-mimpi buruk yang kerap menghantuinya setiap malam. Belum lagi kemarahan bosnya di tempat kerja karena ia meninggalkan tugasnya di Bali membuatnya menjadi seorang pengangguran. Lengkap sudah penderitaaannya. Meski begitu, Miya harus tetap bersyukur. Dia masih punya tante Amaya, sahabat yang setia, juga sesosok pria yang selalu menemaninya. Raeka.

Namun bagaimana jika di belakang Miya, tante Amaya dan Raeka sedang merencanakan sesuatu untuknya? Apakah Miya akan menerima rencana itu dengan lapang dada atau memilih menolak kemudian pergi sejauh mungkin?

***

Novel Lara Miya adalah novel ketiga Erlin Natawiria setelah ATHENA: Eureka! (2013) dan The Playlist (2016). Novel ini masuk dalam seri Blue Valley yang diterbitkan Falcon Publishing bersama empat buku lain, yaitu Elegi Rinaldo (Bernard Batubara), Senandika Prisma (Aditia Yudis), Melankolia Ninna (Robin Wijaya) dan Asa Ayuni (Dyah Rinni). Meskipun ini adalah novelnya yang ketiga, namun Erlin mengaku novel ini berbeda dengan novel-novel yang ia tulis sebelumnya. Aku pun sebagai pembaca merasa novel ini lebih sendu, walau tetap memiliki sisi romantis.

Aku sedikit mengetahui gaya menulis Erlin dari beberapa karyanya, termasuk The Playlist dan karya-karya lain yang ditulisnya di beberapa situs kepenulisan. Detail, namun tidak boros. Bab yang terdapat pada novel ini tidak sekadar angka, tetapi juga diberi judul tertentu. Sehingga fungsinya tak hanya sebagai urutan, tetapi sekaligus juga menjadi clue tentang apa yang akan ditemukan pembaca pada bab tersebut. Setiap bab ditutup dengan suatu kalimat yang membuat pembaca bertanya-tanya dan tertarik untuk membaca bagian selanjutnya. 

Novel ini bercerita dengan alur maju. Kejadian-kejadian masa lalu yang berperan penting dalam cerita dibuat kilas balik singkat dengan narasi dan dialog yang jelas sehingga tidak membuat pembaca kebingungan. Seperti pada novel The Playlist, Lara Miya juga ditulis dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga. Dan Erlin membuatnya dengan rapi dan teliti, sehingga karakter masing-masing tokohnya dapat terlihat jelas, baik dari narasi maupun caranya berdialog.

Karakter Miya dan Amaya yang menjadi pusat cerita tergambar jelas. Keduanya memiliki karakter yang bertolak belakang. Miya digambarkan sebagai sosok yang sulit diatur dan keras kepala, sedangkan Amaya serba rapi dan teratur, profesional, disiplin, serta tegas. Pembaca dapat dengan cepat merasakannya, baik lewat narasi maupun dialog dan gesture yang menyertainya. Erlin menggambarkannya dengan apik sehingga pertengkaran di antara Miya dan Amaya terasa begitu hidup. Tokoh lain yang tidak kalah pentingnya yaitu Raeka. Ia cenderung tertutup, pendiam, dan hanya akrab dengan orang yang membuatnya nyaman. Namun Raeka sangat profesional dalam urusan pekerjaan.

Aku selalu menyukai bagaimana Erlin memilih profesi tokohnya dan tidak tanggung-tanggung dalam meleburkan profesi tersebut ke dalam cerita. Profesi Miya sebagai social media officer dan Amaya sebagai pengelola WO tidak hanya dijadikan 'tempelan' tetapi juga menjadi bagian penting yang menyatu ke dalam cerita, bahkan menjadi bagian dari konflik dalam cerita.

Ada satu kesalahan nama yang kutemukan, yaitu di halaman 197. Dalam dialog Nana (sahabat Miya) di halaman tersebut, ada penyebutan 'Bu Miya'. Mungkin seharusnya adalah 'Bu Amaya' atau 'Bu May'. Namun secara keseluruhan, novel ini merupakan novel tentang kehilangan dengan alur yang rapi dan kalimat yang nyaman dibaca. Pembaca akan menemukan berbagai jenis kehilangan, serta bagaimana tiap tokoh menghadapi rasa kehilangan itu. 

"As long as you live, there's always something waiting; and even if it's bad, and you know it's bad, what you can do?
You can't stop living.
-Truman Capote, "In Cold Blood"

Quote tersebut dipilih Erlin sebagai pembuka pada novel ini, dan menurutku sangat pas dengan isi ceritanya. 

Selamat berburu kisah Miya dan Amaya. :)))

1 komentar:

bintang ach mengatakan... Balas

Plot twist-nya novel ini bagus bangeet, aku sukaa!

Posting Komentar

 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea