Judul: Troublemaker
Penulis: Dhitapuspitan
Editor: Gita Romadhona & Adhista
Penata Letak: Wahyu Suwarni
Desainer Sampul: Deff Lesmana & Milfaa Saadah
Penerbit: KataDepan
Tahun Terbit: 2016
ISBN: 978-602-6475-14-5
BLURB
Bagi Derin, jatuh cinta ternyata nggak segampang
meng-capture gambar lewat kamera. Tidak juga selalu manis dan renyah seperti
potongan cheese cake yang selalu dia suka. Cinta ternyata tidak selalu
menyenangkan seperti dalam kisah-kisah yang diceritakan.
Sejak bertemu Arka—cowok yang so-damn-cool kalau lagi unjuk
trik di atas skateboard—Derin merasa waktu berjalanterlalu cepat. Rasanya, tiap
saat pengin dia habiskan bareng Arka, meski itu sekadar duduk mengibrol saja.
Namun, setelah mereka semakin akrab, Derin merasa ada yang
janggal. Arka terlalu tahu tentang dirjnya. Segalanya. Termasuk masa lalu dan
orang-orang yang tersangkut di dalamnya—yang sangat ingin ia lupakan.
Apa motif Arka sebenarnya? Apakah Derin harus mulai
menyiapkan diri untuk kecewa?
Saat jatuh cinta, kau
tahu, kau harus bersiap akan segala kemungkinan. Termasuk, harapan yang kadang
tidak sesuai kenyataan.
***
“Sampai hari ini, gue juga nggak ngerti apa motif lo ngedeketin gue.” (hal. 141)
Derin. Alessa. Dua orang yang dianggap sebagai troublemaker
di SMA Garda. Dua orang yang tadinya bersahabat namun berubah menjadi musuh.
Derin tidak tahu alasan mereka menjadi seperti itu. Yang dia tahu, Alessa
seperti begitu membencinya. Dia selalu membuat ulah untuk mengganggu Derin.
Hingga suatu hari, perkelahian di sekolah membuat keduanya diskors selama tiga
hari.
Hari pertama diskors, Derin berkenalan dengan Arka—murid SMA
Hayden yang sedang membolos. Keduanya pun mengobrol dan menjadi dekat. Arka
bahkan rela bolos tiga hari untuk menemani Derin yang masih diskors. Hari
kedua, Derin melihat Arka bermain skateboard, dan menurutnya itu sangat keren.
Memasuki hari ketiga, keduanya semakin dekat. Arka bahkan membawa Derin ke
tempat spesial dan memberinya cheesecake. Perlakuan Arka semakin membuat Derin
melayang dan menumbuhkan rasa baru di hatinya.
Namun berita kedekatan Derin dan Arka sampai di telinga
Alessa. Tentu Alessa tidak diam saja. Berita itu membuatnya kembali mengusik
Derin. Hingga suatu kejadian membuat Derin merasa ada yang janggal.
Kedekatannya dengan Arka, kebencian Alessa yang semakin menjadi-jadi, dan kemunculan
Ervin—mantan Derin—membuat pikirannya kerap dilanda kebingungan.
Apa sebenarnya yang membuat Alessa membenci Derin? Apakah
Arka benar-benar tulus menyayangi Derin? Lalu untuk apa Ervin kembali mendekati
Derin? Bagaimana jika empat remaja itu terikat dalam masa lalu yang menorehkan
luka untuk masing-masing?
***
Membaca cerita Troublemaker di usia yang sudah berkepala dua
membuatku teringat pada masa-masa di SMA. Meski lebih banyak menghabiskan waktu
di kelas dan perpustakaan, tapi aku cukup tahu tentang lingkungan kelas.
Tentang geng-geng dengan nama yang khas, tentang persaingan antarkelas, bahkan
tentang persaingan dalam hal asmara. Kisah Derin dan Alessa memberi gambaran
tentang suasana remaja yang kental dengan jiwa yang meledak-ledak, tergambar dari
pertengkaran-pertangkaran mereka baik yang hanya adu mulut maupun yang
melibatkan fisik.
Konflik yang berpusat pada masa lalu membuatku ikut penasaran
masalah apa yang terjadi pada Derin dan Alessa hingga persahabatan keduanya
menjadi retak. Dengan bahasa penceritaan yang sangat khas remaja, ceritanya
mengalir dengan baik. Apalagi cerita ini disampaikan dengan sudut pandang orang
pertama, sehingga pembaca bisa menyesuaikan langsung dengan suasana hati sosok
yang tengah bercerita. Sudut pandang yang digunakan adalah dari sosok Derin,
sehingga pembaca akan sangat mengetahui bagaimana karakternya. Selain itu
terselip dua bab yang menggunakan sudut pandang Arka. Jadi, pembaca bisa tahu
bagaimana perasaan Arka yang sebenarnya.
Alur ceritanya dibuat campuran antara maju dan mundur.
Beberapa kisah dari masa lalu Derin diceritakan lewat narasi. Namun ada pula
bagian masa lalu yang tidak diketahui Derin sekaligus menjadi bagian inti
konfliknya, sehingga disimpan pada akhir cerita. Jadi, bisa dibilang ceritanya
cukup menarik dengan jalan yang tidak datar-datar saja. Satu masalah yang mulai
reda akan disambut dengan masalah lain, dan semakin akhir semakin penting pula.
Bahkan ending yang dipilih penulis pun membuatku kaget. Kalau ada sekuel, aku
dengan senang hati akan membacanya.
Tokoh-tokoh dalam novel ini pun memiliki karakter yang cukup
seimbang. Derin merupakan sosok yang tidak banyak bicara, akrab pada teman
terdekat, dan bisa ketularan cerewet kalau sudah berhubungan dengan Alessa. Dia
tokoh protagonis yang kental, tidak akan mengusik orang lain jika tidak diusik
lebih dulu oleh orang lain. Karakter Alessa memang cukup menyebalkan karena
membenci Derin dan selalu memulai pertengkaran. Duo troublemaker SMA Garda ini
memang cucoook. Nah, selanjutnya Arka. Kalau pada bagian blurb Arka disebut
sebagai sosok so-damn-cool, maka begitulah kenyataannya. Selain jago main
skateboard, Arka juga nge-band dan memegang posisi drummer. Kurang keren apalagi
coba? :D :D
Pastinya, karakter-karakter khas remaja pada tokoh di novel ini memang
tidak bisa lepas dari kehidupan nyata. Apa yang aku dapat dari novel ini yaitu
bahwa jangan sampai membiarkan amarah dan dendam dari masa lalu menguasai kita,
dan mengendalikan kita hingga dewasa. Jika ada hal-hal yang mengganggu dan
mengganjal, selesaikan lebih dulu, agar kita bisa menjalani hari-hari di masa
depan dengan lebih tenang.
Untuk ukuran kisah remaja, novel ini cukup memuaskan. Ada
beberapa typo dan kalimat yang agaknya kurang pas, namun tidak terlalu mengganggu
saat dibaca. Dan yang pasti, kisah ini tidak sekadar tentang romansa remaja,
tapi juga tentang kisah masa lalu yang meninggalkan kesan mendalam. Good job,
Dhitapuspitan!