Judul: When Love Walked In
Penulis: Ega Dyp
Penyunting: Hutami Suyraningtyas
Perancang sampul: Nocturvis
Pemeriksa aksara: Achmad Muchtar
Penata Aksara: gabriel_sih
Penerbit: Bentang Belia
Tahun Terbit: 2017
ISBN: 978-602-430-107-1
BLURB
Serunya kehidupan SMA yang diimpikan Relin pupus begitu saja
karena satu cowok. Ia dipermalukan oleh Mika yang pura-pura menembaknya di
depan banyak teman pada saat-saat pertama masuk sekolah. Relin malu berat dan
bersumpah akan bikin perhitungan dengan Mika.
Sayangnya, balas dendam itu nggak pernah berhasil terlaksana.
Hingga kini, Mika—cowok yang katanya paling ganteng di sekolah itu—masik selalu
mengisengi Relin. Cowok yang terkenal cuek sama cewek itu masih hobi bikin
Relin marah-marah. Mulai dari iseng nggak penting sampai penting banget,
seperti menghalangi cowok yang ingin mendekati Relin. Kalau begini terus,
gimana Relin bisa punya pacar? Apa sih, maunya Mika?
***
“Dear cewek-cewek baperan abad ini, terkadang kebaikan hati seorang cowok itu bukan sesuatu yang bisa diartikan sebagai cerminan rasa suka. Dia baik karena dia masih punya perikemanusiaan, jadi jangan baper.” (hal. 49)
Mikanzio Zhafir Darmawan. Cowok paling populer di angkatan
Relin. Mika dan Relin sempat satu kelompok saat masa orientasi. Sosok Mika yang
tampan, tinggi, plus jago basket, tampak begitu keren di mata Relin. Sayangnya,
keisengan Mika yang tega membuat Relin malu di hadapan banyak orang telah
mengubah pandangan Relin. Sekarang, bagi Relin, Mika itu nyebelin, ngeselin.
Tapi meskipun begitu, rasa kagum Relin pada Mika tidak sepenuhnya sirna.
Mika selalu menjahili Relin. Misalnya mencoret-coret buku
pelajarannya, atau meminum minuman Relin. Tapi, sikap iseng Mika diikuti sikap
manisnya, misalnya saat Mika mengganti buku catatan Relin dengan yang baru plus
menyalinkannya. Karena bagi Mika, menyenangkan rasanya bisa membuat Relin
ngomel-ngomel. Mika bahkan tidak ingin Relin dekat dengan laki-laki yang lain. Ia
menyebarkan berita aneh-aneh untuk membuat orang yang hendak mendekati Relin jadi
mundur.
Hingga suatu ketika, Relin mendapatkan bantuan dari Davin. Sosok
Davin yang sama kerennya dengan Mika, bahkan sama-sama jago basket, mampu
menarik perhatian Relin. Apalagi Davin sangat ramah dan perhatian, tidak
menyebalkan seperti Mika. Gosip Relin menyukai Davin pun menyebar di SMA
Hayden, termasuk sampai di telingan Nara, pacar Davin. Nara meminta Relin
mengklarifikasi di hadapan umum agar gosip itu segera hilang. Hal itu memunculkan
ide di kepala Mika untuk membantu Relin. Caranya, Relin dan Mika berpura-pura
pacaran.
Bagaimana hari-hari Relin dan Mika sebagai pasangan pura-pura?
Bagaimana pula jika sosok dari masa lalu Mika hadir di antara mereka, sedangkan
perasaan Relin pada Mika belum hilang seutuhnya?
“Cewek dan gengsi itu emang udah sepaket.”“Begitu juga dengan cowok dan egonya.”-hal. 90
***
Novel When Love Walked In ini merupakan novel remaja karya
Ega Dyp yang diterbitkan Bentang Belia dan sempat menghuni salah satu situs
kepenulian online sebelum resmi terbit. Yang membuatku penasaran dari novel ini
adalah tagline-nya. Setelah membaca blurb, sejujurnya aku sama sekali belum
mendapat gambaran tentang hubungan blurb tersebut dengan tagline-nya. Makanya timbul
pertanyaan dariku, siapa sih yang pura-pura pacaran, kenapa mereka bisa
pura-pura pacaran, dan bagaimana akhir kisahnya. Pertanyaan-pertanyaan itulah
yang membuatku semakin semangat membaca novel ini.
Salah satu kelebihan dan yang membuatku cukup puas dari
novel ini adalah gaya penceritaan dan penulisannya yang normal, tidak terkesan
dilebih-lebihkan. Apalagi ceritanya diambil dari sudut pandang orang ketiga,
sehingga kata-kata seperti ‘gue’ dan ‘lo’ hanya ditemukan pada dialog. Kalimat-kalimat
pada dialog juga terasa normal, tidak berlebihan, dan dengan penulisan yang
cukup rapi. Jadi, ceritanya sangat nyaman dibaca bahkan oleh kalangan yang
bukan remaja sekali pun.
Cerita Relin, dkk ini dibawakan dengan alur maju. Pada bagian
awal, pembaca akan diajak mengetahui asal-muasal Relin membenci Mika. Setelahnya,
pembaca akan diberi cerita kehidupan sekolah mereka selanjutnya. Ada yang
langsung dan sedang terjadi, ada juga yang diceritakan lewat narasi. Konflik yang
tadinya hanya sebatas keusilan Mika terhadap Relin mulai meningkat seiring
kenalnya Relin pada Davin. Kemudian sempat surut, namun memuncak kembali saat
kedatangan sosok dari masa lalu Mika.
Penceritaan yang mengalir halus membuatku bisa fokus
berimajinasi untuk membayangkan kehidupan masa putih-abu, dulu. Mengingat masa lari
mengelilingi lapangan saat olahraga, membantu membereskan buku-buku di
perpustakaan, saat sedang nakal dengan sembunyi-sembunyi membalas pesan saat
jam pelajaran berlangsung, dunia ekskul sepulang sekolah, dan masih banyak hal
lainnya. Kisah SMA pada novel ini bisa dibilang cukup dekat dengan kehidupan
sekolah biasa, bukan sekolah ala sinetron.
Karakter tokoh-tokohnya juga kalem, dengan tambahan bumbu
gokil khas remaja. Relin, sang tokoh utama perempuan, merupakan sosok yang
akrab dengan teman-temannya. Dengan kemampuannya di bidang musik, rasanya Relin
cukup menarik dijadikan pacar oleh teman laki-lakinya. Mika, tokoh utama
laki-lakinya, adalah tipe yang pendiam, tapi bisa sangat iseng sekaligus sweet saat sudah berhubungan dengan
Relin. Cowok ini juga jago basket. Hmmm...keren banget, kan?
“Habis olahraga, nggak boleh minum-minuman dingin.”“Ya kalau Cuma dibilangin kayak gitu, lo tetep nggak peduli, kan? Masih aja minum es-nya. Jadi, gue minumin kayak tadi, biar lo nggak jadi minum.”-hal. 59
Ada pula Nadine, sahabat Relin. Nadine ini adalah sahabat
yang superpeka dan sering menganalisis situasi. Nadine ini jadi tokoh
favoritku. Dia adalah sahabat dengan kepribadian yang menyenangkan. Ada lagi Davin
yang ramah, Tiara yang bawel, dan beberapa tokoh lain. Komposisinya pas. Ada yang
kalem, ada pula yang berisik, sebagaimana lingkungan sekolah pada umumnya.
“Nggak ada orang yang bisa nebak seratus persen benar isi hati orang lain.” (hal. 88)
Sayangnya aku menemukan satu yang ambigu, yaitu pada bagian
motor Relin di halaman 35. Di sana sempat menyebut ‘si roda empat’, yang kalau
maksudnya motor, maka harusnya roda dua. Namun, sisanya sudah oke. Dan pastinya,
novel ini tidak hanya mengajak bernostalgia tentang romansa masa SMA, tetapi
juga tentang mimpi-mimpi yang dulu sempat terlintas. Ceritanya mengingatkan
kita untuk selalu berusaha mengurangi gengsi dan ego, sekaligus agar selalu
semangat meraih masa depan. Recommended
banget buat kalian yang mau baca cerita remaja yang tidak ‘alay’. Good job, Ega Dyp!
1 komentar:
Pengen nanya donk...si Mika ama Relin jadian beneran ngga diending'nya??
Posting Komentar