Rabu, 12 April 2017

[REVIEW] When Love Walked In - Ega Dyp

Diposting oleh My Booklicious di 21.06

Judul: When Love Walked In
Penulis: Ega Dyp
Penyunting: Hutami Suyraningtyas
Perancang sampul: Nocturvis
Pemeriksa aksara: Achmad Muchtar
Penata Aksara: gabriel_sih
Penerbit: Bentang Belia
Tahun Terbit: 2017
ISBN: 978-602-430-107-1

BLURB

Serunya kehidupan SMA yang diimpikan Relin pupus begitu saja karena satu cowok. Ia dipermalukan oleh Mika yang pura-pura menembaknya di depan banyak teman pada saat-saat pertama masuk sekolah. Relin malu berat dan bersumpah akan bikin perhitungan dengan Mika.

Sayangnya, balas dendam itu nggak pernah berhasil terlaksana. Hingga kini, Mika—cowok yang katanya paling ganteng di sekolah itu—masik selalu mengisengi Relin. Cowok yang terkenal cuek sama cewek itu masih hobi bikin Relin marah-marah. Mulai dari iseng nggak penting sampai penting banget, seperti menghalangi cowok yang ingin mendekati Relin. Kalau begini terus, gimana Relin bisa punya pacar? Apa sih, maunya Mika?
 
*** 
 

Dear cewek-cewek baperan abad ini, terkadang kebaikan hati seorang cowok itu bukan sesuatu yang bisa diartikan sebagai cerminan rasa suka. Dia baik karena dia masih punya perikemanusiaan, jadi jangan baper.” (hal. 49) 
 
Mikanzio Zhafir Darmawan. Cowok paling populer di angkatan Relin. Mika dan Relin sempat satu kelompok saat masa orientasi. Sosok Mika yang tampan, tinggi, plus jago basket, tampak begitu keren di mata Relin. Sayangnya, keisengan Mika yang tega membuat Relin malu di hadapan banyak orang telah mengubah pandangan Relin. Sekarang, bagi Relin, Mika itu nyebelin, ngeselin. Tapi meskipun begitu, rasa kagum Relin pada Mika tidak sepenuhnya sirna.
 
Mika selalu menjahili Relin. Misalnya mencoret-coret buku pelajarannya, atau meminum minuman Relin. Tapi, sikap iseng Mika diikuti sikap manisnya, misalnya saat Mika mengganti buku catatan Relin dengan yang baru plus menyalinkannya. Karena bagi Mika, menyenangkan rasanya bisa membuat Relin ngomel-ngomel. Mika bahkan tidak ingin Relin dekat dengan laki-laki yang lain. Ia menyebarkan berita aneh-aneh untuk membuat orang yang hendak mendekati Relin jadi mundur.
 
Hingga suatu ketika, Relin mendapatkan bantuan dari Davin. Sosok Davin yang sama kerennya dengan Mika, bahkan sama-sama jago basket, mampu menarik perhatian Relin. Apalagi Davin sangat ramah dan perhatian, tidak menyebalkan seperti Mika. Gosip Relin menyukai Davin pun menyebar di SMA Hayden, termasuk sampai di telingan Nara, pacar Davin. Nara meminta Relin mengklarifikasi di hadapan umum agar gosip itu segera hilang. Hal itu memunculkan ide di kepala Mika untuk membantu Relin. Caranya, Relin dan Mika berpura-pura pacaran.
 
Bagaimana hari-hari Relin dan Mika sebagai pasangan pura-pura? Bagaimana pula jika sosok dari masa lalu Mika hadir di antara mereka, sedangkan perasaan Relin pada Mika belum hilang seutuhnya?
 

“Cewek dan gengsi itu emang udah sepaket.”
“Begitu juga dengan cowok dan egonya.”
-hal. 90

*** 
 
Novel When Love Walked In ini merupakan novel remaja karya Ega Dyp yang diterbitkan Bentang Belia dan sempat menghuni salah satu situs kepenulian online sebelum resmi terbit. Yang membuatku penasaran dari novel ini adalah tagline-nya. Setelah membaca blurb, sejujurnya aku sama sekali belum mendapat gambaran tentang hubungan blurb tersebut dengan tagline-nya. Makanya timbul pertanyaan dariku, siapa sih yang pura-pura pacaran, kenapa mereka bisa pura-pura pacaran, dan bagaimana akhir kisahnya. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang membuatku semakin semangat membaca novel ini.

Salah satu kelebihan dan yang membuatku cukup puas dari novel ini adalah gaya penceritaan dan penulisannya yang normal, tidak terkesan dilebih-lebihkan. Apalagi ceritanya diambil dari sudut pandang orang ketiga, sehingga kata-kata seperti ‘gue’ dan ‘lo’ hanya ditemukan pada dialog. Kalimat-kalimat pada dialog juga terasa normal, tidak berlebihan, dan dengan penulisan yang cukup rapi. Jadi, ceritanya sangat nyaman dibaca bahkan oleh kalangan yang bukan remaja sekali pun.

Cerita Relin, dkk ini dibawakan dengan alur maju. Pada bagian awal, pembaca akan diajak mengetahui asal-muasal Relin membenci Mika. Setelahnya, pembaca akan diberi cerita kehidupan sekolah mereka selanjutnya. Ada yang langsung dan sedang terjadi, ada juga yang diceritakan lewat narasi. Konflik yang tadinya hanya sebatas keusilan Mika terhadap Relin mulai meningkat seiring kenalnya Relin pada Davin. Kemudian sempat surut, namun memuncak kembali saat kedatangan sosok dari masa lalu Mika.
 
Penceritaan yang mengalir halus membuatku bisa fokus berimajinasi untuk membayangkan kehidupan masa putih-abu, dulu. Mengingat masa lari mengelilingi lapangan saat olahraga, membantu membereskan buku-buku di perpustakaan, saat sedang nakal dengan sembunyi-sembunyi membalas pesan saat jam pelajaran berlangsung, dunia ekskul sepulang sekolah, dan masih banyak hal lainnya. Kisah SMA pada novel ini bisa dibilang cukup dekat dengan kehidupan sekolah biasa, bukan sekolah ala sinetron.
 
Karakter tokoh-tokohnya juga kalem, dengan tambahan bumbu gokil khas remaja. Relin, sang tokoh utama perempuan, merupakan sosok yang akrab dengan teman-temannya. Dengan kemampuannya di bidang musik, rasanya Relin cukup menarik dijadikan pacar oleh teman laki-lakinya. Mika, tokoh utama laki-lakinya, adalah tipe yang pendiam, tapi bisa sangat iseng sekaligus sweet saat sudah berhubungan dengan Relin. Cowok ini juga jago basket. Hmmm...keren banget, kan? 

“Habis olahraga, nggak boleh minum-minuman dingin.”
“Ya kalau Cuma dibilangin kayak gitu, lo tetep nggak peduli, kan? Masih aja minum es-nya. Jadi, gue minumin kayak tadi, biar lo nggak jadi minum.”
-hal. 59
 
Ada pula Nadine, sahabat Relin. Nadine ini adalah sahabat yang superpeka dan sering menganalisis situasi. Nadine ini jadi tokoh favoritku. Dia adalah sahabat dengan kepribadian yang menyenangkan. Ada lagi Davin yang ramah, Tiara yang bawel, dan beberapa tokoh lain. Komposisinya pas. Ada yang kalem, ada pula yang berisik, sebagaimana lingkungan sekolah pada umumnya.
 
“Nggak ada orang yang bisa nebak seratus persen benar isi hati orang lain.” (hal. 88)
 
Sayangnya aku menemukan satu yang ambigu, yaitu pada bagian motor Relin di halaman 35. Di sana sempat menyebut ‘si roda empat’, yang kalau maksudnya motor, maka harusnya roda dua. Namun, sisanya sudah oke. Dan pastinya, novel ini tidak hanya mengajak bernostalgia tentang romansa masa SMA, tetapi juga tentang mimpi-mimpi yang dulu sempat terlintas. Ceritanya mengingatkan kita untuk selalu berusaha mengurangi gengsi dan ego, sekaligus agar selalu semangat meraih masa depan. Recommended banget buat kalian yang mau baca cerita remaja yang tidak ‘alay’. Good job, Ega Dyp!




1 komentar:

Unknown mengatakan... Balas

Pengen nanya donk...si Mika ama Relin jadian beneran ngga diending'nya??

Posting Komentar

 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea