Judul: Sweet Karma
Penulis: Ayudewi
Editor: Yuke Ratna P. & Jumali Ariadinata
Penyelaras aksara: Tesara Rafiantika
Penata letak: Dipa Sandi Dewanty
Penyelaras tata letak: Gita Ramayudha
Desain sampul: Amanta Nathania
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2015
ISBN: 978-979-780-808-2
BLURB
Dikhianati membuatmu tak lagi memercayai.
Dilukai membuatmu tak lagi berani menyayangi.
Dilupakan membuatmu hanya berani menyembunyikan rindu di
hati.
Dicintai, akankah membuatmu kembali mencintai?
Apakah hidup selalu seperti itu?
Kau tak akan pernah lepas dari masa lalu.
Langkahmu selalu dibayang-bayangi,
Sesuatu yang terkadang tak kau pahami:
K-A-R-M-A
Ketika hidup mempertemukanku denganmu,
Benarkah ini merupakan garis nasib?
Aku mulai menyemai harap.
Namun, mengapa semakin kukejar,
bahagia terasa semakin menjauh?
Mungkinkah karena maaf belum juga terucap dengan utuh?
***
“Chef tanpa keahlian mengendalikan emosi, belum bisa dibilang chef sejati.” –Audrey, hal. 116
Hugo Pierre Alexander, atau lebih dikenal dengan sebutan
Chef Hugo Pierre, adalah seorang executive
chef di The Gourmet Earl, salah satu gastropub
di Marlow. Dengan pengalaman panjangnya di bidang kuliner, kemampuan Hugo
memang tidak perlu diragukan lagi. Hanya saja, Hugo bukan orang yang ramah. Pernah
dikhianati membuatnya menjadi sosok yang dingin, pemarah, sekaligus arogan. Hugo
tak segan memberi makian atau bahkan memecat staf dapur yang tidak bekerja
sesuai standar kualitasnya.
Sementara itu, Audrey adalah executive chef di Alinea9, sebuah brasserie di Jakarta. Wanita berusia 30 tahun itu begitu mencintai
dunia dapur, serta karya sastra yang dibalut kata-kata klasik dan indah. Setelah
putus dari Troy Sebastian, ia belum menjalin kisah asmara lagi. Usia Audrey yang
sudah matang membuat keluarganya mulai recok menanyakan pendamping dan berniat
menjodohkannya, padahal ia berkeinginan untuk menemukan pasangannya sendiri.
Maka, tawaran Rob—teman lamanya sekaligus manajer The Gourmet Earl—untuk menjadi
sous chef tidak ia sia-siakan. Audrey
segera mengundurkan diri dari Alinea9 dan berangkat ke Marlow.
Sayangnya, bekerja di The Gourmet Earl membuatnya harus
ekstra sabar. Sejak awal ia bekerja, sikap Hugo berkali-kali membuatnya
meradang. Hugo seperti begitu membenci kehadiran sous chef wanita. Audrey tidak bisa begitu saja menerima sikap
semena-mena Hugo, apalagi jika menyangkut pekerjaan para stafnya. Hingga suatu
hari, ia melayangkan protes atas sikap Hugo yang dianggapnya keterlaluan.
Namun, protes yang dilakukan selepas kerja itu berakhir pada
kejadian yang sulit dilupakan oleh keduanya. Setelahnya, sikap Hugo pun sedikit
melunak. Bahkan mereka menghabiskan 1 hari yang menyenangkan di musim panas
bersama-sama. Pikiran dan perasaaan Audrey pun mulai terusik.
Saat keduanya mulai menata hati, kesalahan Hugo yang
terungkap membuat semuanya menjadi sulit. Mungkinkah ini karma bagi Hugo? Lalu bagaimana
cara Hugo memperbaiki segalanya?
“Rasanya menyakitkan kalau terlambat menyadari perasaanmu untuk orang yang kamu sayangi. Cinta disimpan rapat-rapat tak akan membuatmu bahagia.” –Tobey, hal. 203
***
“Tidak seharusnya masa lalu membuatmu terpenjara selamanya dalam dendam.” –Audrey, hal. 118
Novel Sweet Karma adalah salah satu pemenang dari Seven
Deadly Sins, kompetisi menulis yang diadakan Gagas Media. Kompetisi ini
menuntut penulis untuk menciptakan tokoh utama yang tidak sempurna karena tujuh
dosa, yaitu amarah, nafsu, rakus, serakah, malas, iri, dan sombong. Dalam hal
ini, aku menemukan kekurangan Hugo yang sangat terlihat jelas: amarah dan
arogan. Watak itu begitu menempel pada Hugo, sekaligus menjadi dasar konflik
utama pada novel ini. Watak itulah yang membuat jalan hidup Hugo untuk mendapat
kebahagiaan jadi berliku-liku.
Aku sangat menyukai ide ceritanya. Novel yang menceritakan
dunia dapur selalu menarik perhatianku. Terlebih lagi, latar tempat yang
digunakan juga tidak membosankan. Marlow, Raja Ampat, dan sedikit Jakarta di
bagian awal. Aku banyak mendapat informasi tentang istilah-istilah dapur
profesional, misalnya saja gastropub
dan brasserie. Berbagai istilah asing
yang digunakan diberi penjelasan pada catatan kaki, sehingga aku jadi tahu
maksudnya apa.
Selain itu, novel ini tidak hanya membahas dunia kuliner. Ada
bumbu sastra klasik yang ditambahkan. Beberapa kali muncul petikan puisi dan
cerita dari buku-buku sastra klasik. Dan nilai lebihnya adalah bumbu sastra itu
tidak sekadar numpang lewat, tetapi malah ikut masuk dalam plot dan membantu
jalannya cerita. Bisa dibilang, sastra yang dibahas di novel ini cukup penting,
karena jika dihilangkan, ceritanya mungkin akan tersendat.
Dengan ide cerita dan latar yang ada, novel ini banyak
bercerita lewat narasi. Terutama saat menjelaskan berbagai tempat di Marlow
atau beberapa buku sastra yang semat disebut pada cerita. Alur ceritanya bisa
dikatakan campuran. Diawali dengan sikap Hugo yang sudah menjadi pemarah dan arogan,
kemudian perkenalan dengan Audrey dan keseharian dua orang itu di Marlow. Menjelang
akhir, saat konflik sedang memanas, diberikan keping cerita tentang kisah
menyakitkan pada masa lalu Hugo hingga membuatnya menjadi seperti itu. Kemudian
cerita dilanjutkan dengan penyelesaian akhir.
Tokoh-tokoh di novel ini memiliki karakter yang saling
melengkapi. Hugo yang pemarah dan arogan memiliki Rob, sahabat yang pengertian
tapi juga tegas. Ada Audrey juga, perempuan karir dengan pembawaan tenang,
menyenangkan, dan profesional. Dan tentu saja ada sosok lawannya, yaitu Eva. Kalau
dalam komik atau webtoon, Eva ini si
kepala hitam bertanduk merah. Tahu, kan? Dia tokoh licik dan bitchy, yang memiliki peran penting
dalam jalan cerita. Satu lagi adalah Tobey. Sahabat Audrey ini, meski tidak
banyak diceritakan tapi cukup membantu dalam perkembangan hati Audrey lewat
saran-saran yang diberikannya. Sebenarnya kisah Tobey ini cukup potensial untuk
diperlebar, hanya saja mungkin nantinya cerita tidak akan terlalu mengerucut
dan cukup berbelit-belit. Tapi sejauh ini, kehadirannya cukup memuaskan.
So, secara
keseluruhan, novel Sweet Karma ini cukup enak dibaca. Apalagi untuk yang
menyukai sastra klasik, kalian akan merasa seperti punya teman bercerita. Dengan
karakter tokohnya yang tidak sempurna namun saling melengkapi, juga kisah
tentang masa lalu yang meninggalkan jejak mendalam pada kehidupan masa kini,
novel ini memiliki bobot yang cukup pas. Nilai moral yang disampaikan pun tidak
hanya tersirat lewat cerita, tapi juga tersampaikan lewat dialog para tokohnya:
menghapus dendam, memaafkan kesalahan orang lain, menerima masa lalu dengan
lapang dada, dan berjuang untuk bahagia.
Seperti tagline-nya,
‘ketika memaafkan memberimu harapan’.