Selasa, 09 Mei 2017

[REVIEW] Some Kind of Wonderful - Winna Efendi

Diposting oleh My Booklicious di 12.56


Judul: Some Kind of Wonderful
Penulis: Winna Efendi
Editor: Hetih Rusli
Desain cover: Sofiani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2017
ISBN: 978-602-03-3555-1

BLURB

Liam Kendrick dan Rory Handitama memahami arti kehilangan. Liam pergi ke Sidney dengan dalih menggapai impian sebagai koki, walau alasan sebenarnya untuk menghindari cinta pertama yang bertepuk sebelah tangan. Di lain pihak, Rory sedang berusaha menata kehidupannya setelah suatu insiden membuatnya kehilangan orang-orang yang disayanginya, dan melepaskan impiannya sendiri sebagai pemusik.

Keduanya paham arti berduka, meski belum mengerti caranya. Kesedihan dan kesepian mendekatkan Liam dan Rory, sampai akhirnya ada rasa lain yang menyusup. Saat perasaan sudah tak terelakkan, Liam dan Rory terjebak keraguan, dan rasa lama yang masih terlalu kuat untuk dilupakan. Dapatkah dua orang yang pernah mencintai orang lain dengan segenap hati menyisakan ruang bagi satu sama lain?
 
***

"Aku tahu aku tidak akan pernah bisa bergerak maju kalau terlalu terpaku pada masa lalu." (Liam, hal. 17)

Liam Kendrick menjadikan mimpinya untuk menjadi koki sebagai alasan pergi ke Sydney, tujuh tahun yang lalu. Keputusan itu ia ambil setelah menyadari bahwa cintanya pada Wendy tidak akan terbalas. Di Sydney, Liam berusaha keras untuk menjadi chef hebat, juga untuk melupakan Wendy. 

Liam memang terus belajar berbagai masakan. Namun untuk membuat dirinya dan masakannya diakui bangak orang, ia butuh usaha lebih. Karenanya, Liam sempat minta 'bantuan' pada sang ibu untuk karirnya. Meskipun demikian, Liam tetaplah koki yang tekun. Ia selalu berusaha menampilkan tayangan memasak yang menarik. Namun, berkarir sebagai koki di layar kaca memang tidak mudah. Selalu ada orang baru dengan berbagai inovasi yang siap menggeser posisinya.

"Mungkin kegilaan adalah bagian dari hidup. Mungkin karena kegilaan itulah, hidup dinamakan hidup." (Rory, hal. 24)

Rory telah kehilangan dua sosok tercintanya, Jay dan Ruben. Sebuah tragedi telah merenggut nyawa suami dan anaknya tersebut. Kini hampir 3 tahun berlalu, dan Rory hanya tinggal sendiri di rumahnya, di Sydney. Membawa diri larut dalam kenangan tentang keluarga kecilnya. Bekerja di berbagai tempat sekadar mencari uang untuh berbagai tagihan, sekaligus mengisi waktu luang.

Rory bekerja paruh waktu di Klink, kafe milik Noah, sahabat Rory dan Jay. Mengingat akan kebutuhan untuk membayar tagihannya, Rory akhirnya menambah satu perkerjaan lagi, yaitu menjadi pemain di acara Fun-Tastic. Acara itu ditayangkan di stasiun yang sama dengan acara Liam. Dan di sanalah pertama kali Liam melihat Rory.

"Sometimes the best thing to do is not to feel too much, but to feel nothing at all." (Liam, hal. 44)

Rory saat itu mengenakan kostum badut. Pekerjaannya juga menuntut Rory untuk selalu tersenyum, bahkan tertawa ceria. Namun, Liam tahu bahwa yang dilakukan Rory sebatas peran karena senyum itu menyiratkan kesedihan. Pertemuan pertama di Klink, beberapa kali saling menghibur satu sama lain dengan makanan, dan cerita-cerita yang bahkan jarang mereka bagi pada orang lain membuat keduanya menjadi dekat. 

Meski memiliki kasus berbeda, namun sama-sama merasa kehilangan membuat mereka bisa lebih mengerti pada satu sama lain. Dan rupanya, berteman saja terasa belum cukup bagi Liam. Namun urusan masa lalu yang belum selesai dan Rory yang belum sanggup beranjak dari kenangan Jay dan Ruben membuat langkah Liam terhadang.

Mampukah Liam meyakinkan dirinya sendiri, juga meyakinkan Rory, untuk mulai melangkah bersama?

"Because sometimes it's being in a crowd that makes you feel lonelier than when you're alone." (Liam, hal. 67)

***

"Kamu selalu meninggalkan sebelum ditinggalkan, melukai sebelum dilukai. Itu alasannya hubungan-hubungan kamu dengan orang lain selalu artifisial. Semua karena kamu takut..." (hal. 76)

Aku lupa kapan terakhir membaca karya Kak Winna Efendi. Namun, setahuku novel-novel penulis satu ini selalu jadi incaran, termasuk novel Some Kind of Wonderful. Selain karena blurb-nya yang menarik, ini juga jadi novel tanda kembalinya Kak Winna setelah setahun. Jadi, pantas saja kalau begitu dinantikan dan diburu begitu terbit.

Some Kind of Wonderful ini memiliki suasana yang cukup sendu. Aku suka garis besar ceritanya, tentang orang-orang yang berusaha merelakan masa lalu dan mulai berjuang untuk masa depan. Konfliknya memang cukup familier dan bisa ditemukan di novel-novel lain. Namun, penceritaan Kak Winna mampu membuat novel ini terasa khas. Kalimat-kalimatnya cantik dan dalam, sehingga suasana sendunya sampai padaku sebagai pembaca.

"Kemungkinan-kemungkinan itu melintasi benakku setiap hari, setiap saat. What if, what if, what if, what if, what if. Kadang aku nyaris menjadi gila karenanya. But the guilt is always bigger than the rest of my thoughts." (Rory, hal. 171)

Kisah Liam dan Rory ini diceritakan bergantian menggunakan sudut pandang orang pertama dari masing-masing, dan dicetak dengan font berbeda. Jadi, pembaca dapat membedakan mana cerita dari Liam, dan mana cerita dari Rory. Biasanya aku kurang nyaman dengan POV yang bergantian. Namun, kali ini aku cukup puas karena bisa mengetahui kisah masing-masing secara mendalam.

Kota Sydney menjadi latar tempat utama kisah Liam dan Rory ini. Namun, novel ini kurang pas kalau dijadikan 'panduan liburan', karena ceritanya memang bukan fokus untuk menjelajah berbagai tempat di Sydney. Alur ceritanya juga dibuat campuran. Jadi, bagian Liam ada beberapa yang berlatar Jakarta. Cerita diawali situasi sekarang dan diselingi beberapa kilas balik. Bagian masa lalu mereka pun tidak dibongkar sekaligus, tetapi disingkap sedikit demi sedikit.

"Being afraid is part of living. ... You can only be happy when you're brutally honest with yourself." (hal. 338)

Aku pribadi merasa tokoh Liam berkembang cukup cepat. Awal kisahnya memang sendu, dan Liam terkesan gagal move on. Namun, pertemuan dengan Rory serta masalah acara TV-nya membuat Liam lebih terbuka pada hal-hal lain dan mulai 'tampak sembuh'. Sebaliknya, perubahan Rory justru terasa lambat. Antara raga dan jiwanya kurang seimbang. Keinginan dan ketakutannya berbanding lurus. 

"Bagaimana caranya melepaskan ketika satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan berpegangan erat-erat pada kenangan yang kumiliki? (Rory, hal. 229)

Selain Liam, Rory, Wendy, dan Jay, dalam novel ini juga banyak tokoh-tokoh lain, misalnya keluarga besar Liam di Jakarta, ibu Liam yang ada di Sydney, Noah, Angelo, Daphne, juga Stan dan Julie. Namun meskipun banyak, porsinya tetap seimbang. Mereka tidak sekadar 'lewat' dalam cerita, tapi juga membantu berkembangnya jalan cerita.

"Karena orang-orang yang ditakdirkan akan terhubung pada akhirnya akan selalu kembali menemukan satu sama lain." (Liam, hal. 334)

Secara keseluruhan, aku suka novel ini. Meski suasananya sendu, namun kalimat-kalimatnya indah dan cukup memotivasi. Karakter tokoh-tokohnya juga menyenangkan. Kalau kalian menyukai bacaan tentang 'proses move on' dan memiliki waktu luang yang cukup, Some Kind of Wonderful ini bisa jadi pilihan.

"Because sometimes goodbye means a promise to return to the people you love." (Liam, hal. 346)






 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea